SEOUL, SABTU — Korea Utara, Sabtu (29/4), melakukan uji coba rudal. Hal ini tampak seperti upaya negara itu untuk melawan tekanan yang diberikan Amerika Serikat dan komunitas internasional agar Korut tidak melakukan uji coba nuklir lagi.
Pejabat Korea Selatan dan Amerika Serikat menyatakan, uji coba dilakukan dari sebuah area yang terletak di sebelah utara Pyongyang, ibu kota Korut. Uji coba diperkirakan gagal. Dengan demikian, Korut sudah empat kali berturut-turut gagal menjalankan uji coba rudal sejak Maret lalu.
Uji coba berlangsung saat Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson memperingatkan Dewan Keamanan PBB bahwa kegagalan dalam menghadang program rudal dan nuklir Korut akan menyebabkan dampak yang merusak.
Sejumlah pejabat AS menyebut, rudal diluncurkan dari wilayah Pukchang. Rudal sempat mencapai ketinggian 71 kilometer dan kemudian hancur beberapa menit kemudian.
Opsi militer
Kepada Dewan Keamanan, Tillerson menyatakan, opsi tindakan militer tetap dimungkinkan untuk dilakukan terhadap Korut. Adapun Presiden AS Donald Trump menulis di Twitter bahwa uji coba pada Sabtu itu merupakan penghinaan terhadap China. "Korut tidak menghormati keinginan China dan Presiden negara itu yang sangat dihormati saat meluncurkan rudal hari ini walau tidak berhasil, " ungkap Trump.
Kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri China Wang Yi menjelaskan, penyelesaian masalah Korut tak hanya bergantung pada China. "Kunci penyelesaian isu nuklir di Semenanjung Korea tidak terletak di tangan China saja," katanya.
Sejumlah diplomat menyebutkan, Dewan Keamanan PBB kemungkinan mulai membahas pernyataan bersama untuk mengecam peluncuran rudal yang dilakukan Korut. Dewan Keamanan PBB yang berbasis di New York City, AS, selama ini selalu mengeluarkan kecaman terhadap peluncuran rudal yang dilakukan Korut.
Rutinitas mengeluarkan kecaman serta resolusi sanksi terhadap Korut sudah dilakukan sejak 2006. Pada saat itu, Korut untuk pertama kalinya mengadakan uji coba nuklir. (AFP/AP/Reuters)