Banjir dan Longsor di Grabag, Magelang, Diduga Dipicu Cekungan di Atas Bukit
Oleh
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Banjir dan longsor yang terjadi di dua desa di Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (29/4), diduga dipicu adanya cekungan atau semacam palung, yang terbentuk alami di atas bukit. Dengan intensitas hujan yang di atas normal, cekungan yang sudah menampung banyak air tersebut, akhirnya jebol dan menggelontorkan air bercampur tanah dan pepohonan ke sungai dan permukiman yang berada di bawahnya.
”Sekalipun hanya berupa cekungan, intensitas hujan yang demikian deras, di atas normal, tetap bisa menimbulkan dampak berupa banjir yang dahsyat, sama seperti ketika bendungan jebol,” ujar Koordinator Penanggulangan Bencana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Khalawi Abdul Hamid, saat ditemui di Kantor Desa Sambungrejo, Senin (1/5).
Seperti diberitakan sebelumnya, banjir bandang dan longsor terjadi di lima dusun di Desa Sambungrejo dan Desa Citrosono, Kecamatan Grabag.
Khalawi mengatakan, dugaan ini muncul karena kejadian serupa sudah kerap ditemui di sejumlah tempat lainnya, seperti di Sumatera Barat, yang memiliki karakteristik daerah di kawasan perbukitan seperti di Desa Sambungrejo dan Citrosono.
Dampak yang demikian hebat biasanya terjadi karena cekungan atau palung tersebut sudah terbentuk selama puluhan tahun, yang sudah menampung demikian banyak air dan ditopang dengan begitu banyak material kayu serta batu di bawahnya.
Kendati demikian, Khalawi menuturkan, untuk mengetahui penyebab secara pasti, pihaknya akan segera menerjunkan tim teknis untuk mengetahui kondisi di kawasan perbukitan.
”Dengan melihat kondisi yang ada perbukitan, kami akan berupaya merumuskan upaya antisipasi agar bencana ini tidak berulang,” ujarnya.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Tri Bayu Adji mengatakan, pengecekan kondisi lapangan dengan mengambil foto dan video dengan menggunakan drone.
”Kami akan mengecek aliran sungai dari atas bukit sudah mengalir ke mana saja dan memastikan, apakah betul ada tanda-tanda bahwa sebelumnya memang ada cekungan di atas bukit,” ujarnya.
Dari pengamatan melalui udara ini, sekaligus juga akan dilakukan pengecekan, apakah ada cekungan-cekungan lainnya yang terbentuk di atas bukit. Jika memang ada, Tri mengatakan, pihaknya juga akan segera melakukan langkah antisipasi, membuat saluran sebagai jalan aliran air dari cekungan agar cekungan tersebut tidak berpotensi menimbulkan banjir dan longsor susulan.
Selain mengecek kondisi lapangan, Tri mengatakan, pihaknya juga akan melakukan normalisasi Sungai Daru yang berada di dua desa tersebut, berikut memperbaiki alur sungai yang diterjang banjir dan longsor. Di Dusun Deles, Desa Citrosono, banjir yang demikian hebat membuat lebar sungai yang sebelumnya hanya satu meter, kini telah melebar menjadi 100 meter.
Jumlah korban
Hingga Senin (1/5), jumlah korban tewas akibat bencana banjir dan longsor di dua desa di Kecamatan Grabag terdata mencapai 12 orang. Seorang di antara korban, Alfiananda (6), semula adalah korban luka berat yang akhirnya mengembuskan napas terakhir setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Tidar, Kota Magelang.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, saat ini, jumlah warga yang mengungsi mencapai lebih dari 140 jiwa. Untuk sementara waktu, mereka mengungsi ke tempat yang lebih aman, seperti di rumah kerabat terdekat, untuk menghindari bahaya banjir dan longsor susulan.
Selasa (2/5), pencarian satu korban lagi, yaitu Sinem (60), dilanjutkan. Selain itu, upaya pembersihan jalan juga akan terus dilakukan dengan menggunakan enam unit alat berat.
Koordinator evakuasi SAR sektor Dusun Kalisapi, Desa Citrosono, Denny Sophian, mengatakan, pihaknya ikut terlibat melakukan pencarian dua warga Dusun Deles, yaitu Sinem dan Jamilatun Mar’ah (8).
Dusun Deles merupakan dusun teratas di Desa Citrosono yang merupakan kawasan perbukitan. Lokasi Dusun Deles paling jauh di antara lokasi terdampak banji bandang lainnya. Satu unit alat berat dikerahkan untuk mengevakuasi bangunan yang hancur tergerus material aliran banjir bandang.