PALANGKARAYA, KOMPAS — AC (16), pelajar kelas XI SMA Negeri 4 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, ditetapkan sebagai tersangka tunggal dalam kasus penganiayaan berat yang menyebabkan kematian Wahyu Priyanto (17).
”Pelaku menusuk korban karena tersinggung. Beberapa hari sebelum kejadian, korban berkata kepada teman perempuan pelaku untuk tidak lagi bergaul dengan pelaku karena menilai mereka berandal,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Palangkaraya Ajun Komisaris Iswanto Yuwono di Palangkaraya, Sabtu (6/5).
Penganiayaan tersebut terjadi di sebuah bangunan bekas huma betang atau rumah adat suku Dayak di Jalan Temanggung Tilung I, Palangkaraya, Jumat (5/5) sekitar pukul 19.30.
Korban datang ke lokasi sekitar pukul 17.30. Pelaku dan korban sempat adu mulut dan kemudian bertengkar. Beberapa teman pelaku ikut memukuli korban, tetapi AC langsung mengambil pisau dan menusuk sebanyak empat kali ke tubuh korban.
Korban meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Doris Sylvanus. Pelaku bersama enam temannya yang membawa korban ke rumah sakit.
”Mereka melihat korban tidak berdaya dan mengeluarkan darah. Melihat kejadian itu, sebagian kabur, tetapi pelaku dan beberapa temannya membawa korban ke rumah sakit. Dari situ kami menilai memang tidak ada niatan membunuh,” ujar Iswanto.
Iswanto menjelaskan, sampai saat ini pisau yang digunakan untuk menganiaya korban belum ditemukan. Polisi kesulitan mencari pisau yang dibuang oleh pelaku di rawa-rawa sekitar rumah adat.
”Korban itu baru lulus SMA dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Korban dan pelaku sudah saling mengenal cukup lama,” kata Iswanto.
Polisi juga memeriksa lima teman AC lainnya sebagai saksi mata. Empat orang di antaranya harus wajib lapor hingga kemarin.
Anak temperamen
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan SMA Negeri 4 Palangkaraya Murni mengatakan, AC dikenal sebagai anak yang temperamen, tetapi mandiri.
Ia kerap datang terlambat ke sekolah karena bekerja pada malam hari untuk membiayai sekolah dan hidupnya di Palangkaraya.
”AC berasal dari Kabupaten Katingan. Ia tinggal di kos. Memang temperamen dan termasuk golongan nakal, tetapi kami tidak menyangka dia akan berbuat sampai begitu,” katanya.
Murni menambahkan, AC dan beberapa temannya yang diperiksa sedang menjalani ujian kenaikan kelas.
Sejak kemarin, AC dan empat temannya yang diperiksa tidak mengikuti ujian.
”Anak itu punya banyak masalah, entah dengan pacar, soal pekerjaan, atau pergaulannya. Kami sering menasihati untuk serius dulu belajar sampai lulus baru bekerja,” kata Murni.
Menurut Murni, lokasi kejadian di bangunan bekas huma betang itu memang menjadi sarang pelajar untuk bolos sekolah dan mabuk-mabukan minuman keras.
Ia meminta pihak kepolisian terus memantau lokasi tersebut. Di tempat kejadian memang dipenuhi kaleng-kaleng lem untuk dihirup para pelajar yang bolos sekolah. (IDO)