Jika Moon menjadi presiden, hal itu berarti kekuasaan kubu konservatif di Korsel selama 10 tahun ini berakhir. Presiden terpilih direncanakan dilantik pada Rabu ini setelah Komisi Pemilu Korsel selesai menghitung suara dan mengumumkan hasilnya.
Proses pelantikan presiden yang cepat ini tak lazim dilakukan. Biasanya ada masa transisi selama dua bulan. Namun, pemilihan presiden kali ini memang tidak biasa karena diadakan untuk mencari pengganti mantan Presiden Park Geun-hye yang dipenjara akibat skandal korupsi.
Hasil exit polls pemilu presiden dipublikasikan satu jam setelah semua tempat pemungutan suara ditutup, kemarin pukul 20.00 waktu setempat atau pukul 17.00 WIB. Urutan kedua exit polls dihuni kandidat konservatif, Hong Joon-pyo, dengan 23,3 persen suara. Ahn Cheol-soo menghuni posisi ketiga dengan 21,8 persen. Margin error dari exit polls terhadap sekitar 89.000 pemilih di 330 tempat pemungutan suara itu adalah 0,8 persen. Adapun jumlah peserta pemilu presiden sebanyak 13 kandidat.
Komisi Pemilu Korsel menyebutkan, dari 42,4 juta pemilih yang terdaftar, sebanyak 77,2 persen memberikan suara. Angka ini lebih tinggi ketimbang jumlah pemilih pada Pemilu 2012 yang mencapai 75,8 persen.
Sikap lunak
Setelah pengumuman hasil exit polls, Moon menekankan janjinya untuk memulai era baru bagi Korsel. ”Ada dua misi utama saya yang sudah dinantikan rakyat Korsel sekian lama, yaitu reformasi dan persatuan nasional,” kata Moon saat berpidato di hadapan pendukungnya.
Kemenangan ini bermakna besar bagi Moon karena lima tahun lalu ia kalah dari Park Geun-hye dalam Pemilu Presiden 2012. Selain itu, saat masih mahasiswa dan menjadi aktivis, ia dipenjara selama berbulan-bulan pada 1970-an saat Korsel diperintah oleh mendiang Presiden Park Chung-hee, ayah Park Geun-hye.
Moon sebelumnya berjanji memperbaiki hubungan dengan Korea Utara. Ia memilih memakai ”pendekatan saudara” seperti yang dilakukan presiden-presiden dari kubu liberal sebelumnya, antara lain Roh Moo-hyun.
Pada masa Roh, pendekatan Korsel terhadap Korut dilakukan dengan mengirimkan bantuan kemanusiaan dan menjalin kerja sama ekonomi yang kini terhenti. Pada era Roh, Moon memegang jabatan di pemerintahan. Pendekatan selama ini yang ditempuh pemerintahan konservatif dinilai Moon tidak berhasil karena membuat Korut agresif mengembangkan rudal dan nuklir.
Sikap Moon terkait isu Korut itu akan ”berbenturan” dengan sikap Presiden Amerika Serikat Donald J Trump. Selama ini, AS mendesak Korsel dan Jepang agar menekan Korut lebih kuat supaya menghentikan program rudal dan nuklirnya. Gesekan pertama Korsel dan AS diperkirakan akan terjadi dalam langkah lanjutan operasional sistem pertahanan antirudal AS atau terminal high altitude area defence (THAAD) yang dipasang di Wonsan, Korsel.
Sikap lunak Moon terhadap Korut dianggap Hong, pesaing Moon, membuat sebagian publik mempertanyakan nasionalisme dan patriotisme Moon. ”Apakah rakyat akan memilih pemerintahan kiri yang lunak terhadap Korut atau pemerintah
yang mampu melindungi kebebasan seluruh rakyat Korsel,” ujar Hong. (REUTERS/AFP/AP/LUK)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.