China Ingin Hidupkan ”Jalur Sutra” Baru
Saat ini, menurut Presiden Xi, pertumbuhan global memerlukan arah baru, yakni pembangunan yang lebih inklusif dan seimbang. Kesenjangan antara kaya dan miskin perlu dipersempit.
Karena itu, pada 2013, di Kazakhstan dan Indonesia, Presiden Xi mengusulkan sabuk ekonomi jalan sutra dan jalur sutra maritim abad ke-21 yang kemudian disebut Prakarsa Sabuk dan Jalan atau Belt and Road Initiative (BRI). Empat tahun kemudian, lebih dari 100 negara berpartisipasi dalam inisiatif ini.
Presiden Xi juga menambahkan, BRI akan menambahkan dana 100 miliar yuan untuk Silk Road Fund serta mendorong institusi keuangan mengembangkan bisnis di negara lain. Adapun Bank Pembangunan China dan Bank Ekspor Impor China menyiapkan skema pembiayaan 250 miliar yuan dan 130 miliar yuan untuk mendukung pembiayaan infrastruktur serta peningkatan kapasitas industri dan keuangan.
Pertemuan bilateral
Di sela-sela acara KTT Sabuk dan Jalan, kemarin, berlangsung pertemuan bilateral Indonesia-China di Balai Agung Rakyat, Beijing. Dalam pertemuan ini, Presiden Joko Widodo mengharapkan terwujudnya penguatan kerja sama terutama di bidang ekonomi. Selain itu, ditawarkan pula tiga megaproyek yang akan dikerjakan di Indonesia.
Ketiga megaproyek ini adalah koridor ekonomi terintegrasi, konektivitas, industri, dan pariwisata di Sumatera Utara; koridor ekonomi terintegrasi, konektivitas, industri, dan pariwisata di Sulawesi Utara; dan koridor ekonomi terpadu, pelabuhan, kawasan industri, pembangkit listrik tenaga air di Kalimantan Utara.
Di Sumut, proyek ini mencakup beberapa paket ruas tol dari Kuala Tanjung sampai Sibolga. ”Di Sumatera sudah masuk investasi dari Belanda di Kuala Tanjung 1,5 miliar dollar AS. Sekarang kita tawarkan konektivitas jalur kereta api, jalan raya dan laut, serta tol dari Kuala Tanjung sampai Sibolga lewat Parapat,” tutur Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Paket investasi yang juga ditawarkan antara lain pembangunan Bitung, Sulut, sebagai area penghubung yang lengkap. Ada bandara internasional, pelabuhan, hingga jalur kereta api yang menghubungkan Manado, Bitung, sampai Gorontalo. Konektivitas di wilayah ini penting karena menghubungkan Indonesia ke Darwin, Australia (arah selatan), dan ke Tokyo, Jepang (utara).
Selain itu, area ini berpotensi karena industri pariwisatanya berkembang. Pada Januari-Februari 2017, jumlah wisatawan meningkat 400 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016.
Paket lainnya adalah pembangunan listrik tenaga mikrohidro dan smelter aluminium di Kalimantan Utara. Wilayah ini, menurut Luhut, berpotensi menghasilkan 7.700 megawatt listrik.
Ia menjelaskan, proyek-proyek tersebut bertujuan menyelesaikan masalah infrastruktur dan pemerataan pembangunan di luar Jawa. Pemerintah juga menawarkan investasi kepada pengusaha Jepang. Skema dan syarat yang lebih menguntungkan rakyat Indonesia akan dipilih oleh pemerintah.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menambahkan, RI terbuka kepada pihak mana pun dengan prinsip sama-sama menguntungkan dan saling menghargai satu sama lain.