Industri Gula Berjibaku Memutar "Roda Gila"
RESAH dan Gelisah menunggu kepastian yang tak pernah pasti. Semua yang terlibat berjibaku agar "roda gila" pabrik gula terus berputar sehingga kehidupan kembali berdenyut di tengah hamparan kebun tebu yang sunyi.
Para pengelola tiga Pabrik Gula (PG) di Situbondo yang terancam ditutup masih optimistis bisa produktif dan mencapai target produksi di musim giling 2017. Aneka upaya inovasi dilakukan untuk menekan biaya pokok produksi agar kentungan yang didapat semakin besar.
Ketiga pabrik gula (PG) di Situbondo yang terancam ditutup ialah PG Pandji, PG Wringin Anom, dan PG Olean. Produksi ketiganya dinilai tidak efektif dan efisien sehingga akan ditutup atau dilebur.
Meski semakin marginal, namun ketiga PG tersebut masih akan berproduksi pada musim giling 2017. Ditemui di Situbondo, Senin (15/5), General Manager PG Pandji Agus Zain, mengatakan pihaknya yakin bisa mencapai target giling 230.000 ton tebu dengan target rendemen 8,3, sehingga produksi gula bisa mencapai 18.900 ton.
Keyakinan mereka didasari kondisi cuaca dan tebu yang sama dengan tahun 2015. Saat itu mereka bisa menggiling 227.277 ton tebu dengan rendemen 8,33 dan berhasil memproduksi 18.779 ton gula. Keyakinan itu semakin diteguhkan karena PG Panji melakukan beberapa inovasi untuk menekan harga pokok produksi. Inovasi tersebut antara lain, memperluas lahan sewa tebu, mencari pasokan gula minimal 240.000 ton dan menghasilkan rendemen 8,3.
"Kami juga terus berupaya agar waktu giling semakin efisien dari rata-rata 150 hari menjadi 142 hari. Sebab, dengan jumlah tebu yang sama, tetapi waktu giling diperpendek maka kapasitas giling per hari bisa maksimal. Ini akan berdampak pada pengurangan biaya tenaga kerja," ujarnya.
Agus mengatakan, tahun ini merupakan tahun pertaruhan bagi PG Panji. Mereka ingin membuktikan bahwa angka produksi tahun ini bisa baik. "Kami ingin buktikan, PG Pandji masih bisa bersaing," ujarnya.
Hal senada disampaikan Manager Administrasi Keuangan PG Wringinanom Yunianta. Pihaknya juga berupaya menekan Hara Pembelian Pemerintah (HPP) dengan cara memperbesar boiler agar bisa meningkatkan kapasitas giling per hari.
Yunianta menjelaskan, dengan memperbesar boiler, maka tekanan uap semakin meningkat. Hal ini akan dimanfaatkan sebagai pengganti bahan bakar mesin giling dan tenaga listrik.
"Inovasi ini membuat mesin giling bisa beroperasi optimal dengan biaya yang minim. Dari perhitungan sementara kapasitas giling tahun ini akan naik menjadi 1200 ton gula per hari (ton cane per day-TCD) dari tahun sebelumnya yang hanya 1.150 TCD," ujarnya.
Selain itu, PG Wringinanom juga telah berupaya untuk meningkatkan kualitas perah (PI/preparation index). Harapannya tidak ada gula atau glukosa yang ikut terbuang bersama ampas tebu.
Hal itu dilakukan dengan memaksimalkan alat giling. Tahun ini PG Wringinanom baru mencoba modifikasi alat giling baru yang diharapkan bisa meningkatkan rendemen.
"Dengan modifikasi alat baru ini, kami berharap rendemen bisa mencapai 7,7 agar produksi gula melimpah. Dengan demikian pendapat PG Wringinanom bisa bertambah sekaligus menekan HPP di bawah Rp 10.000," kata Yunianta a
Tahun ini PG Wringinanom mentargetkan menggiling 160.000 ton tebu dengan rendemen 7,7. Harapannya PG Wringinanom bisa mencapai target produksi gula sebanyak 12.000 ton.
Sementara itu, Humas PG Olean Fitro Hariyadi menjelaskan, pihaknya berupaya mencari tebu-tebu terbaik. Harapannya dengan mendapat tebu kualitas baik dengan rendemen tinggi, mereka bisa mengurangi luasan lahan yang akan ditebang.
"Tahun 2016, rata-rata rendemen hanya sekitar 6,38. Guna memnuhi target produksi gula kami membutuhkan banyak tebu sehingga kami harus menebang tebu di lahan seluas 1.672 hektar. Tahun ini dengan asumsi rendemen 7,78, kami hanya menebang tebu di lahan seluas 1.500. Hal ini bisa menekan biaya pokok produksi karena mengurangi biaya untuk upah buruh tebu," katanya.
Fitro menambahkan, pihaknya juga berencana menjual ampas tebu untuk keperluan bahan bakar di pabrik gula lainnya. Harapannya hasil penjualan ampas tebu tersebut bisa menambah pemasukan bagi PG Olean.
Revitalisasi dikerjakan
Sementara, Revitalisasi Pabrik Gula Mojo di Sragen, Jawa Tengah, untuk meningkatkan kapasitas giling ditargetkan rampung tahun 2019. Revitalisasi ini dirancang meningkatkan kapasitas giling dari 2.500 ton tebu per hari menjadi 4.000 ton tebu per hari.
"Pengerjaan revitalisasi itu tidak mengganggu musim giling 2017, yang direncanakan akan dimulai tanggal 2 atau 5 Juni mendatang," kata Administratur Pabrik Gula Mojo Bambang Sutrisno di Sragen, Jawa Tengah, Senin (15/5).
Revitalisasi PG Mojo dianggarkan Rp 225 miliar melalui dana penyertaan modal pemerintah. Menurut Bambang, revitalisasi itu diharapkan tidak hanya meningkatkan kapasitas giling dari 2.500 ton tebu per hari (TCD) menjadi 4.000 TCD, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi.
"Diharapkan akan memaksimalkan pengambilan gula dalam tebu sehingga potensi gula yang hilang dalam proses produksi bisa diminimalkan," katanya.
Meski demikian, pihaknya belum bisa dapat menghitung tingkat efisiensi yang akan dicapai. Dalam peta jalan (roadmap) PG Mojo, pada tahun 2019, tingkat rendemen direncanakan dapat menyentuh 9,27 persen dengan kapasitas giling 4.000 TCD. "Tingkat rendemen tebu itu bergantung pada kualitas tebu. Kalau kualitas tebunya baik, rendemennya juga tinggi," katanya.
Revitalisasi PG Mojo direncanakan dilakukan pada semua stasiun produksi, di antaranya stasiun pengilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun masakan dan pendingin. Pada musim giling tahun 2017, PG Mojo menargetkan menggiling 330.000 ton tebu yang ditanam petani di lahan seluas 5.500 hektar di Sragen. Rendemen ditargetkan mencapai 7,32 persen dengan target produksi gula 24.355 ton.
Secara terpisah, Administratur Pabrik Gula Tasikmadu Teguh Agung Sri Nugroho, sebelumnya, mengatakan, PG Tasikmadu telah diusulkan direvitalisasi seperti PG Mojo. Melalui revitalisasi itu, kapasitas produksi dapat ditingkatkan dari 3.050 TCD menjadi berkapasitas 4.000 TCD. Revitalisasi ini membutuhkan dana sekitar Rp 350 miliar. Untuk sumber pendanaan, menurut Teguh, masih menunggu keputusan pemerintah.
Pabrik Gula Tasikmadu pada musim giling 2017 ditargetkan menggiling 320.000 ton tebu dengan rendemen 7,3 persen. Target itu lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi giling 2016 sebanyak 260.000 ton tebu. (GER/RWN)