Jakarta, Kompas
PT KAI Commuter Jabodetabek, selaku operator kereta rel listrik (KRL), berjanji akan memberitahukan apabila Stasiun Klender sudah bisa dioperasikan lagi untuk penumpang. Hingga Jumat (19/5) malam, stasiun itu tidak bisa difungsikan untuk naik-turun penumpang pasca kebakaran yang melanda stasiun ini.
VP Corporate Communication PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, penutupan Stasiun Klender diperkirakan memakan waktu sepekan.
“Jika selesai dalam kurang dari sepekan, PT KCJ akan mengumumkan lewat berbagai media informasi perusahaan bahwa stasiun siap dibuka lagi,” ucap Eva.
Menurut dia, rata-rata 9.000-10.000 penumpang per hari menggunakan KRL di Stasiun Klender.
Selama masa tersebut, penumpang yang biasa naik dan turun di Stasiun Klender dapat beralih ke stasiun terdekat, yaitu Stasiun Jatinegara dan Buaran. PT KCJ menambah personel pelayanan, penjualan tiket, dan pengamanan menjadi dua kali lipat dari biasanya di dua stasiun itu untuk mengantisipasi membeludaknya penumpang.
Tujuh KRL terhambat
Terbakarnya Stasiun Klender berdampak pada terganggunya jadwal tujuh rangkaian kereta rel listrik di Stasiun Bekasi tujuan Manggarai dan Jakarta Kota sehingga ribuan penumpang menumpuk di stasiun. Kebakaran tersebut terjadi sejak pukul 07.15.
"Tujuh kereta memang jadi tertahan. Jadwal perjalanan mulai normal lagi sekitar pukul 08.45" ujar Kepala Stasiun Bekasi Syarif Hidayatulloh.
Menurut Syarif, satu rangkaian kereta setidaknya diisi 1.000 - 1.500 penumpang. Jika tujuh rangkaian KRL terganggu maka setidaknya membuat 10.000 penumpang tidak terangkut. "Kita sudah umumkan di stasiun. Sepertinya sebagian penumpang memilih cari angkutan lain," ucap Syarif.
Kendati demikian, masih terdapat penumpang yang rela menunggu KRL kembali beroperasi selama penanganan kebakaran Stasiun Klender. "Saya tidak buru-buru makanya mending nunggu saja daripada harus cari angkutan lain," kata Ari (28), salah seorang penumpang.
Ani (31), salah satu penumpang KRL lain, memutuskan untuk kembali ke rumah begitu mengetahui jadwal perjalanan KRL terganggu. "Daripada dipaksakan mending saya pulang saja," tutur Ani. (JOG/ILO)