Risiko Menurun, RI Makin Menarik
JAKARTA, KOMPAS — Lembaga pemeringkat Standard & Poor\'s menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi. Kenaikan itu antara lain diberikan karena risiko fiskal makin kecil. Dengan demikian, imbal hasil untuk surat utang pemerintah pun menjadi lebih rendah.
Peringkat utang jangka panjang Indonesia meningkat dari BB+ dengan proyeksi positif per Juni 2016 menjadi BBB- dengan proyeksi stabil. Sementara peringkat utang jangka pendek meningkat dari B menjadi A-3.
Peringkat baru yang diumumkan Standard & Poor\'s (S&P) pada Jumat (19/5) itu melengkapi peringkat layak investasi yang sudah lebih dahulu diberikan oleh lembaga pemeringkat Fitch Ratings dan Moody\'s Investor Service.
Kenaikan peringkat utang Indonesia yang diberikan S&P diyakini akan menarik investasi lebih banyak lagi. Selain itu, biaya utang pun menurun karena risikonya semakin rendah.
Keputusan S&P yang sudah ditunggu itu langsung berdampak amat positif pada pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencapai rekor harian tertinggi pada posisi 5.820. Pada penutupan perdagangan, IHSG menjadi 5.791 atau naik 2,69 persen dibandingkan penutupan perdagangan pada Kamis. Nilai tukar rupiah yang Jumat pagi sempat menyentuh level terendah sejak Januari pada posisi Rp 13.403 kembali menguat kemarin sore, ditutup pada Rp 13.325 per dollar AS.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan, peningkatan peringkat utang itu akan menurunkan imbal hasil surat utang pemerintah. Biasanya, ini akan diikuti oleh turunnya imbal hasil obligasi korporasi. "Peningkatan peringkat utang menjadi layak investasi akan menyebabkan surat utang Pemerintah Indonesia dicari oleh investor. Tidak hanya berpengaruh ke portofolio, peningkatan peringkat juga akan mendorong masuknya investasi langsung dengan horizon jangka panjang," katanya.
Terkait dengan menurunnya risiko fiskal, David menilai hal itu dipengaruhi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang semakin kredibel. "Investor menilai tak akan ada lagi pemotongan anggaran secara besar-besaran seperti sebelumnya karena APBN saat ini dianggap sudah jauh lebih kredibel," ujarnya.
Dalam siaran persnya, S&P melihat bahwa upaya penyehatan fiskal dapat mengurangi risiko peningkatan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto dan beban pembayaran bunga. Perbaikan penerimaan negara juga akan terjadi sebagai dampak lanjutan dari perolehan data melalui program pengampunan pajak. Indonesia juga dinilai telah menunjukkan kebijakan yang efektif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan keuangan pemerintah yang berkesinambungan.
Kenaikan peringkat akan membuat bunga kredit yang dibebankan kepada kita tertekan terus. Dengan demikian, biaya akan menjadi lebih rendah.
Situasi sosial dan politik yang belakangan ini gaduh tidak terlalu memengaruhi penilaian mengenai peringkat utang itu. Kendati demikian, pemerintah tetap harus konsisten menjaga stabilitas sosial politik. "Stabilitas sosial, politik, dan keamanan umumnya memengaruhi keputusan investor jangka pendek yang memegang instrumen portofolio. Namun, dalam jangka panjang, investor tetap melihat prospek positif ekonomi Indonesia," ujar David.
Katalis
Kenaikan peringkat dari S&P ini merupakan salah satu katalis yang ditunggu para pelaku pasar karena bisa menjadi pendorong harga saham. Sebagian besar perusahaan sekuritas dan manajer besar menargetkan IHSG akan mencapai 6.000-an pada akhir tahun. "Kenaikan peringkat akan membuat bunga kredit yang dibebankan kepada kita tertekan terus. Dengan demikian, biaya akan menjadi lebih rendah," ujar ekonom Bahana Sekuritas, Fakhrul Fulvian.
Sejak awal tahun, dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia mencapai Rp 26 triliun. Sepanjang tahun lalu, dana asing yang masuk sekitar Rp 16,5 triliun.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengatakan, kenaikan peringkat itu menegaskan pengakuan internasional pada kemampuan Indonesia menjaga stabilitas ekonomi makro, sistem keuangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Upaya itu dilakukan di tengah kondisi global yang penuh ketidakpastian.
"Kami yakin pelaku pasar dan pemangku kepentingan terkait merasakan optimisme terhadap perkembangan ekonomi Indonesia. BI akan terus menjaga stabilitas ekonomi makro guna mendukung berlanjutnya upaya reformasi struktural pemerintah dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif," kata Agus.
Pengakuan sejumlah lembaga independen tersebut menunjukkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha terhadap kerja yang dilakukan pemerintah.
Pertumbuhan ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menambahkan, pengakuan sejumlah lembaga independen tersebut menunjukkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha terhadap kerja yang dilakukan pemerintah. Jika dikaitkan dengan investasi, pengakuan tersebut diharapkan akan mendorong investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Ini penting untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tahun ini ditargetkan 5,1 persen dan tahun depan 5,4-6,1 persen. "Untuk mencapai itu, dibutuhkan peningkatan investasi dari domestik dan luar negeri. Opini wajar tanpa pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan peringkat (utang) yang bagus memberikan dampak positif terhadap persepsi investasi di Indonesia," kata Sri Mulyani.
Ia berharap pengakuan tiga lembaga pemeringkat tersebut akan mendorong lembaga-lembaga investasi untuk menempatkan uangnya di Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah menempatkan pada surat utang negara dengan imbal hasil yang lebih rendah.
Meski demikian, Sri Mulyani menekankan, pemerintah akan terus fokus melanjutkan reformasi struktural. Hal itu antara lain dilakukan dengan mengelola APBN secara baik, memungut pajak secara optimal, dan mengeksekusi belanja negara dengan baik. Dengan demikian, masyarakat bisa menikmati manfaatnya. Hal tak kalah penting adalah pemerintah akan terus menjaga stabilitas keamanan dan menegakkan hukum secara konsisten.
(AHA/JOE/HEN/LAS)