JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan peringkat utang Indonesia yang diberikan lembaga pemeringkat Standard & Poor’s akan memberi efek positif terhadap investasi portofolio dan investasi langsung. Kini saatnya semua pihak ikut terlibat menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, sangat tidak mudah untuk kembali mendapatkan peringkat utang layak investasi dari S&P. Indonesia harus menunggu selama 19 tahun untuk mendapatkan kembali peringkat layak investasi dari S&P.
”Ini menjadi pelajaran sangat berharga bagi Indonesia untuk tetap melakukan reformasi struktur ekonomi dan menjaga kesehatan ekonomi makro. Untuk kembali mendapatkan peringkat layak investasi lagi sangat sulit,” kata Mirza, Sabtu (20/5) di Jakarta.
Menurut Mirza, Indonesia harus terus melakukan reformasi struktur ekonomi secara signifikan dan meningkatkan ekspor barang dan jasa.
Di Asia Tenggara ada empat negara yang peringkat utangnya ada di atas Indonesia dan memiliki surplus neraca perdagangan yang berkualitas, yakni Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual menjelaskan, S&P dikenal sebagai lembaga pemeringkat global yang konservatif sehingga keputusan S&P sangat ditunggu.
”S&P biasanya menjadi rujukan banyak investor untuk mengambil keputusan berinvestasi pada instrumen portofolio. Salah satunya adalah kelompok investor asal Jepang dengan modal sekitar 5 miliar dollar AS yang menunggu keputusan kenaikan peringkat menjadi layak investasi untuk masuk ke pasar Indonesia,” kata David.
Peringkat layak investasi yang diberikan S&P itu melengkapi peringkat layak investasi yang sebelumnya sudah diberikan oleh Moody’s Investor Service dan Fitch Ratings. Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Winang Budoyo mengemukakan, S&P selama ini masih menunggu kondisi perekonomian Indonesia layak mendapatkan peringkat itu. Sebelumnya, Indonesia diprediksi sulit mendapat kenaikan peringkat karena realisasi pajak jauh dari target.
”Namun, akhirnya pemerintah dapat menjaga kredibilitas APBN dan mengalokasikan dana APBN benar-benar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Pasar saham
Kepala Departemen Pendalaman Pasar Keuangan BI Nanang Hendarsyah menambahkan, peningkatan peringkat itu berdampak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pada Jumat sore, IHSG ditutup 5.791 dari sebelumnya 5.645.
“IHSG sempat naik tajam 2,6 persen pada Jumat pukul 15.00 di angka 5.825. Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat ke Rp 13.325 dari pertama dibuka yang sebesar Rp 13.403,” ujarnya.
Menurut Nanang, hal itu menegaskan mengenai kepercayaan internasional terhadap perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. Hal itu akan mendorong relokasi dana portofolio ke Indonesia dari negara-negara berkembang lainnya.
”Pasar investasi protofolio ke Indonesia biasanya akan dinaikkan oleh investor protofolio global. Tentunya ini akan mendorong lebih banyak aliran dana yang masuk ke Indonesia,” ujarnya. (HEN/JOE)