Dunia Kecam Teror di Inggris
LONDON, SELASA — Dunia kembali berduka. Teroris, Senin (22/5) malam, dengan kejam menyerang remaja dan anak-anak yang baru selesai menyaksikan konser artis Amerika Serikat, Ariana Grande, di Manchester Arena, Inggris utara. Setidaknya 22 remaja dan anak-anak tewas.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, warga AS turut bersedih pada warga Inggris. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam serangan itu dan mengatakan warga Turki berbagi rasa sakit dengan warga Inggris.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyebut serangan di Manchester itu sebagai tindakan yang sangat buruk. Dalam pernyataan resmi, Vatikan menyebutkan, Paus Fransiskus merasa sedih dengan serangan itu dan berbelasungkawa pada korban.
Tiga pelajar RI
Pemerintah Indonesia ikut mengecam serangan di Manchester. ”Saya mengucapkan dukacita sangat dalam bagi korban dan keluarga korban. Indonesia mengecamnya,” kata Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi di Istana Bogor.
Dari Perhimpunan Pelajar Indonesia di London diketahui ada tiga pelajar Indonesia yang menonton konser di Manchester Arena. ”Ketiganya sudah kembali dengan selamat,” ucap Retno.
Menyikapi teror di Manchester, Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris Harun Khan mengatakan, serangan itu merupakan tindakan pengecut yang memuakkan. ”Ini tindakan kriminal. Semoga pelaku mendapat hukuman berat, baik dalam kehidupan saat ini maupun berikutnya,” kata Khan.
Adapun Ratu Inggris Elizabeth II mengucapkan terima kasih kepada polisi dan petugas lainnya yang dengan cepat merespons serangan mematikan itu.
Bom Manchester terjadi di Manchester Arena seusai penyanyi muda Ariana Grande merampungkan konser di tempat itu, Senin malam waktu setempat atau Selasa dini hari WIB. Serangan bunuh diri dilakukan seorang pria yang hingga berita ini diturunkan belum diumumkan identitasnya.
Pelaku meledakkan bom di salah satu area keluar di Manchester Arena. Saat itu, ada banyak orang yang melintasi area itu karena konser sudah selesai. Konser Ariana Grande dihadiri ribuan orang. Sebagian besar di antara mereka adalah remaja.
Perdana Menteri Inggris Theresa May menyatakan, polisi meyakini telah mengetahui identitas pengebom bunuh diri.
Setelah serangan pada Selasa, polisi menangkap pria berusia 23 tahun di Chorlton, wilayah utara Manchester. Pria tersebut diduga terkait dengan serangan itu.
- Malam Kelabu di Manchester
- Lain di Inggris, Lain Pula di Eropa Daratan
- Tingkat Ancaman Keamanan di Inggris pada Level Tertinggi
- Infografis: Teror di Keramaian Publik
Sementara itu, lewat jaringan media Amaq, kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim bertanggung jawab atas aksi di Manchester. Menurut mereka, seorang anggota NIIS telah meledakkan bom di tengah kerumunan orang.
Seorang saksi yang menghadiri konser mengatakan merasakan ledakan yang sangat kuat saat ia meninggalkan lokasi konser. Setelah serangan terjadi, orang-orang berteriak dan berlarian, berusaha meninggalkan Manchester Arena secepat mungkin. Video di Twitter menunjukkan para penggemar Ariana Grande berlarian sambil berteriak-teriak.
”Kami sedang keluar dan saat di dekat pintu terjadi ledakan. Orang-orang berteriak,” ujar Catherine Macfarlane, penonton konser.
Setelah serangan, puluhan orangtua dengan panik berupaya mencari anak mereka. Lewat media sosial, para orangtua yang sedih ini memasang foto anak mereka dan meminta informasi dari pihak yang mengetahui keberadaan anak mereka.
Serangan di Manchester terjadi hanya berselang dua bulan setelah seorang pria menabrakkan mobil di Jembatan Westminster, London. Tiga pejalan kaki dan seorang polisi tewas. Pelaku juga tewas akibat ditembak petugas keamanan.
Pada Juli 2005, Inggris juga berduka karena London diguncang empat bom yang dilakukan empat teroris. Tiga bom diledakkan di kereta bawah tanah, sedangkan satu bom lagi di bus. Ada 52 warga yang meninggal.
Menyasar kelab dan konser
Menurut catatan AFP, dalam 15 tahun terakhir, tempat konser dan kelab telah menjadi target utama serangan teror. Sebelum di Manchester, serangan teror terjadi di kelab malam Reina, Istanbul, Turki, Januari 2017. Teroris menembakkan senjata otomatis ke arah pengunjung dan menewaskan 39 orang.
Pada Juni 2016, seorang pria melepaskan tembakan ke arah pengunjung sebuah kelab di Orlando, AS. Sebanyak 49 orang tewas.
Di Paris, serangan teror di tempat konser terjadi pada November 2015. Waktu itu tiga orang bersenjata menyerbu gedung konser Bataclan sehingga 90 orang meninggal. Grup rock AS, Eagles of Death Metal, sedang tampil saat serangan terjadi.
Pada Juli 2003, serangan bunuh diri terjadi dalam konser rock di lapangan terbang Tushino, dekat Moskwa. Akibatnya, 15 orang tewas. Sebelumnya, Oktober 2002, Sari Club dan Paddy’s Bar di Bali dihantam bom mobil. Sebanyak 202 orang—kebanyakan wisatawan—tewas. (AP/AFP/Reuters/INA/San/ato/JOS)