Kegiatan Positif untuk Perbaiki Nama Jabung
Diiringi musik gamelan, Erfan Kurniawan (16) berdiri untuk menampilkan jurus silat tanpa senjata. Dibalut seragam merah, tangan dan kaki Erfan lincah bergerak mengikuti alunan musik. Sekali-sekali dia melakukan gerakan melompat dan berguling. Atraksi silat Erfan ditutup dengan gerakan memberi salam sambil berjongkok.
Siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Lampung Timur itu belum lama meraih juara ketiga lomba silat se-Lampung. Erfan bangga bisa memperoleh medali perunggu di ajang silat pertama yang diikutinya.
Selain berlatih silat, para pemuda diajak berlatih sepak bola dan menari. Mereka juga menggalang kerja sama dengan pihak lain agar pemuda Jabung mendapat peluang berwirausaha.
Berbagai kegiatan positif itu dilakukan untuk memperbaiki citra Jabung. Ibrahim, tokoh pemuda setempat, mengatakan, sebagian warga mengalami diskriminasi karena Jabung dicap sebagai daerah penghasil pelaku tindak kriminal.
Dia sendiri pernah mengalami perlakuan tidak enak saat terjaring razia kendaraan bermotor. Pengendara lain hanya dicek kelengkapan STNK dan SIM, Ibrahim diminta membuka sepatu dan kaus kakinya. Seluruh bagian tubuhnya diperiksa karena dia warga Jabung.
Selain membawa STNK dan SIM, warga asal Jabung juga perlu membawa buku pemilik kendaraan bermotor (BPKB) saat pergi ke luar kabupaten. Itu dilakukan untuk menghindari kecurigaan polisi. Warga sadar, banyaknya pelaku tindak kriminal yang mengaku asal Jabung membuat aparat memperketat pemeriksaan saat mengetahui mereka berasal dari Jabung.
Sulit kerja
Zainal Abidin, tokoh pemuda lainnya, mengatakan, identitas sebagai warga Jabung juga membuat warga kesulitan mendapat pekerjaan. Meskipun tidak pernah memiliki catatan kejahatan, tak sedikit warga yang terpaksa kembali ke desa karena ditolak perusahaan.
Padahal, tidak banyak lapangan pekerjaan tersedia di desa meskipun Jabung memiliki dua perusahaan besar yang bergerak di industri peternakan sapi dan air mineral. Namun, kedua perusahaan itu hanya membuka sedikit kesempatan lapangan pekerjaan bagi warga setempat.
”Sulit sekali pemuda Jabung mendapatkan pekerjaan. Karena itu, kami menggagas kerja sama dengan sejumlah pihak. Tujuannya untuk membuka lapangan pekerjaan,” kata Zainal.
Tiga bulan lalu, tokoh adat, agama, dan pemuda Jabung menggelar musyawarah untuk merumuskan strategi mengembalikan nama baik daerah itu. Dari pertemuan itu, dibuatlah sebuah organisasi bernama Ikam Jabung Sai, yang artinya Kami Jabung Bersatu. Organisasi yang berdiri sejak 29 Januari 2017 itu tidak hanya digerakkan warga desa, tetapi juga oleh warga Jabung yang telah sukses bekerja di luar daerah.
”Kami bertugas menggerakkan berbagai kegiatan positif di desa. Warga Jabung yang bekerja di luar membantu mencarikan peluang kerja bagi pemuda desa yang telah lulus sekolah,” kata Zainal yang menjabat Wakil Ketua Ikam Jabung Sai.
Organisasi itu telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pihak. Mereka juga mendapat titipan tujuh kambing dari Lembaga Amil Zakat Nasional. Kambing diletakkan di kandang yang diurus 10 pemuda di Desa Negara Batin secara bergantian. Nantinya, mereka akan mendapat bagi hasil setelah kambing beranak-pinak.
Di Desa Asahan, pemuda menggagas penanaman rumput pakan ternak. Warga juga menyiapkan kerja sama usaha jamur tiram dan budidaya ikan. Warga pun menggelar kompetisi sepak bola tingkat kecamatan dan perpustakaan keliling. ”Kami menggagas berbagai kegiatan agar pemuda memiliki aktivitas positif,” kata Zainal.
Daerah makmur
Stigma ”daerah hitam” muncul akibat penjahat asal Jabung yang tertangkap di daerah lain.
Saat Kompas merencanakan perjalanan untuk melihat kondisi Jabung, sejumlah orang berpesan agar berhati-hati. Sesampai di Jabung, ternyata kecamatan yang terdiri atas 15 desa itu tidak seseram yang diceritakan orang. Jabung adalah daerah yang makmur dan masih menjaga identitas budaya. Nama Jabung berasal dari nama tanaman obat berbunga merah yang harum (Alpine malacensis).
Jalan menuju Jabung rusak dan berlubang-lubang. Namun, saat memasuki wilayah Jabung, deretan rumah panggung dengan gaya Lampung berdiri kokoh di tepi jalan utama.
Tahun 2015, saat daerah lain tidak dapat panen padi karena El Nino, Desa Tanjung Sari di Jabung bisa panen karena memiliki sistem irigasi bagus. Panen itu dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Saat Kompas menginap di rumah salah satu warga, pemilik rumah menjelaskan tamu perempuan disarankan tidur ditemani anak perempuan yang ada di rumah itu. Tamu juga diminta melapor kepada kepala desa.
Kepala Desa Negara Batin Mansyur Syah mengatakan, pelaku kriminal yang tertangkap boleh saja mengaku dari Jabung, tetapi mereka belum tentu warga Jabung asli. Menurut dia, karena cap Jabung yang buruk, setiap penjahat asal Lampung pasti disebut dari Jabung.
Mansyur menyebutkan, ia beberapa kali menerima peti jenazah berisi jasad warga desanya yang ditembak polisi karena terlibat kasus pencurian sepeda motor. Belasan peti jenazah masuk ke desa-desa di Jabung dalam 10 tahun terakhir.
Namun, Mansyur menolak anggapan ada regenerasi pelaku pencurian kendaraan bermotor di Jabung. Tidak ada orangtua yang mengajarkan anaknya untuk menjadi pencuri sepeda motor atau perampok. Potensi kriminalitas terjadi di Jabung karena pengaruh narkoba dan desakan ekonomi. Selama ini, pelaku yang tertangkap atau tertembak aparat umumnya berasal dari keluarga miskin yang juga terlibat kasus narkoba.
”Kami sedang berupaya memperbaiki nama Jabung. Namun, kami juga butuh dukungan banyak pihak, baik aparat maupun pemerintah kabupaten atau provinsi,” kata Mansyur.