LEBAK, KOMPAS — Kebakaran yang melanda permukiman warga Baduy Luar di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (23/5), mengundang simpati berbagai kalangan. Sejumlah bantuan seperti uang, selimut, dan pakaian mengalir untuk masyarakat adat tersebut.
Kepala Seksi Pemerintahan Desa Kanekes Sarpin di Lebak, Kamis, mengatakan, kebakaran menghanguskan 84 rumah. Peristiwa itu terjadi di Kampung Cisaban 2, Selasa lalu, sekitar pukul 19.00-21.00. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Bantuan antara lain berasal dari lembaga kemanusiaan, komunitas pendidikan, dan perusahaan swasta. Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak, Kepolisian Daerah Banten, dan Kepolisian Resor Lebak juga memberikan bantuan.
”Bantuan yang kami terima di antaranya 118 paket beras masing-masing seberat 10 kilogram (kg). Ada juga 83 tenda. Lalu, ada selimut dan tikar,” katanya. Menurut Sarpin, setidaknya hingga satu minggu ke depan kebutuhan pokok yang diterima sudah mencukupi.
Kepala Desa Kanekes Saija mengatakan, kebakaran berasal dari tempat pengolahan gula aren. Api dari tungku membakar tempat itu, lalu merembet ke rumah-rumah di sekitarnya. ”Rumah-rumah yang terbuat dari kayu dan atap rumbia itu berdempetan,” katanya.
Embusan angin membuat kebakaran meluas. Lokasi kebakaran berjarak 12 kilometer (km) dari Terminal Ciboleger, perhentian kendaraan bermotor terakhir sebelum permukiman Baduy Luar. Desa Kanakes berjarak sekitar 115 km dari ibu kota Banten, Serang.
Pendiri Black House Library, Nury Sybli, mengatakan, ketika mendengar musibah yang melanda permukiman Baduy Luar, pihaknya langsung membuka penerimaan bantuan. Black House Library adalah komunitas penggiat literasi yang mengajar anak-anak Baduy membaca dan menulis.
Nury dibantu tiga temannya menyebarkan informasi melalui media sosial mengenai bantuan yang dibutuhkan untuk warga Baduy Luar. ”Kami sudah menerima tikar, selimut, alat masak, handuk, dan makanan. Ada juga donatur yang menyumbangkan uang,” ujarnya.
Nury belum menghitung semua bantuan karena sebagian barang masih dititipkan kepada teman, disimpan dalam dus, atau dalam perjalanan. Meski demikian, Nuri mengatakan, uang yang diterima belum melebihi Rp 10 juta. Warga Baduy Luar masih membutuhkan bantuan antara lain paku, gergaji, dan tambang.
”Rumah dan lumbung padi mereka habis terbakar. Warga Baduy Luar ingin membangun rumahnya lagi. Kebutuhan lain seperti dandang dan panci,” katanya. Pakaian yang disimpan di dalam rumah juga ikut hangus. Nury mengatakan, pihaknya sudah menerima bantuan berupa pakaian untuk warga Baduy Luar.
”Tapi, pakaian itu harus dipilih lagi. Mereka terbiasa mengenakan pakaian berwarna gelap sesuai adat. Ibu-ibu di sana juga mengenakan kebaya,” katanya. Sementara baju yang diberikan penyumbang berwarna-warni. Nury mengatakan, cara warga Baduy Luar berpakaian harus dihormati.
Karena itu, sebagian uang yang diterima akan digunakan untuk membeli batik atau kain. Bantuan diterima paling lambat Jumat ini karena akan disalurkan Sabtu besok. Nury mengatakan, Black House Library tergerak untuk ikut membantu karena sudah merasa menjadi bagian dari warga Baduy Luar.
”Rasa kemanusiaan yang mendorong kami ingin memberikan bantuan untuk mereka. Tapi, kalau mau menyerahkan bantuan sendiri atau lewat lembaga lain, silakan saja,” ucap Nury.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi mengatakan, pihaknya sudah mendirikan tenda pengungsian untuk warga Baduy Luar yang rumahnya terbakar. ”Kami juga sudah menyalurkan kebutuhan pokok. Masyarakat setempat bersama TNI dan polisi turut membantu warga yang rumahnya terbakar,” katanya.