Investasi Arab Saudi di AS Meningkat
POSISI keuangan negara Arab Saudi menurun sejak 2014 karena harga minyak mentah dunia yang juga turun. Anggaran Pemerintah Arab Saudi pun mengalami defisit sebesar 80 miliar dollar AS untuk tahun berjalan karena penurunan penerimaan dari sektor migas.
Demikian pula hubungan dagang bilateral AS-Arab Saudi menurun. Total neraca perdagangan kedua negara sebesar 65 miliar dollar AS pada 2014 turun menjadi 34 miliar dollar AS pada 2016.
Ekspor utama Arab Saudi ke AS pada umumnya merupakan produk migas, sebaliknya ekspor utama AS ke Arab Saudi berkandungan teknologi tinggi, termasuk persenjataan.
Baik Arab Saudi maupun AS sedang mengalami masa kurang menggembirakan soal perekonomian, tetapi keduanya mencanangkan peningkatan hubungan ekonomi.
Ada kesepakatan bisnis besar antara kedua negara saat kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Arab Saudi, 20-21 Mei 2017. Seperti diberitakan situs CBS News edisi 22 Mei, ada pesanan persenjataan dari Arab Saudi 109 miliar dollar untuk 10 tahun ke depan, salah satu kontrak terbesar untuk persenjataan.
Disebutkan, jika kondisi tertentu dipenuhi nilai kontrak ini bisa dinaikkan lagi menjadi lebih dari 300 miliar dollar AS.
Perusahaan yang akan diuntungkan dalam kaitan dengan kontrak ini, antara lain, adalah Lockheed Martin, kontraktor pertahanan terbesar dunia; Boeing (nomor dua sebagai perusahaan untuk divisi perusahaan pertahanan); Raytheon (pembuat rudal terbesar dan pemain kunci dalam sistem pertahanan elektronik).
Meski demikian, kontrak ini berlangsung untuk 10 tahun ke depan dan tidak memberatkan secara mendadak keuangan negara Arab Saudi. Negara kerajaan ini berniat membeli sistem persenjataan senilai 28 miliar dollar AS dari Lockheed Martin termasuk di dalamnya 150 helikopter Sikorsky, sistem pertahanan rudal THAAD dan empat kapal tempur.
Arab Saudi juga berencana membeli helikopter Chinook buatan Boeing, patrol maritim P-8, pesawat untuk pertahanan, sistem persenjataan terpadu dan 16 pesawat berbadan besar untuk SaudiGulf Airlines.
”Ini sebuah transaksi yang sangat besar,” kata Loren Thompson, Kepala Lexington Institute, sebuah think tank persenjataan.
Dalam kunjungan Trump ini juga ada pesanan Arab Saudi terhadap produk non-militer AS. Arab Saudi memesan produk terkait energi dan perangkat kesehatan dari GE. Di samping itu, Exxon Mobil (XOM), bersama perusahaan energi AS lainnya, meneken bisnis senilai 50 miliar dollar AS dengan Saudia Aramco, raksasa perminyakan milik negara Arab Saudi.
Atas semua ini, Presiden Trump memuji sekaligus menyatakan terima kasih pada Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud atas kesempatan besar dalam sejarah ini, dan juga atas investasi Arab Saudi di Amerika, untuk industri, dan lapangan pekerjaan (di AS).
”Semua itu merupakan kesepakatan abad ini,” kata Fawaz Gerges, ahli timur tengah dari London School of Economics seperti dikutip media AS, Christian Science Monitor, edisi 22 Mei.
”Ini bukan hanya kesepakatan soal jual-beli senjata, tetapi memastikan bahwa AS berkomitmen pada keamanan strategis dengan Arab Saudi,” kata Gerges.
Di samping kesepakatan tersebut di atas, sebagaimana dikutip CNNMoney edisi 21 Mei, Arab Saudi juga menyatakan siap menempatkan dana 20 miliar dollar AS lewat perusahaan investasi swasta AS Blackstone Group, yang memiliki koneksi dengan Presiden Trump.
CEO Blackstone Steve Schwarzman berperan sebagai penasihat Trump untuk urusan dagang dan infrastruktur. Blackstone juga bergerak di bidang pembangunan jalan, bandara dan pekerjaan publik lainnya, yang selama kampanye dicanangkan Presiden Trump.
Investasi Arab Saudi ini dijalankan lewat Private Investment Fund (PIF), lembaga milik Pemerintah Saudi yang berdiri tahun 1971. PIF menangani investasi Pemerintah Arab Saudi di luar negeri dan diketuai Wakil Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman.
Arab Saudi memberikan perhatian khusus pada investasi portofolio di AS. Negara ini juga memegang obligasi terbitan Pemerintah AS sebesar 114,4 miliar dollar AS pada Maret 2017, naik dari 89,4 miliar dollar AS per September 2016.
Investasi dan belanja Arab Saudi untuk AS ini merupakan sebuah keunikan.
Ini jika dilihat dari penurunan kepemilikan Arab Saudi atas aset-aset asing dari sebesar 737 miliar dollar AS per Agustus 2014 menjadi 501 miliar dollar AS pe Maret 2017. Namun, untuk AS terjadi peningkatan investasi.
Ada keunikan
Tampaknya ada makna khusus dalam hubungan bilateral Arab Saudi dan AS, khususnya ekonomi dan bisnis. Keunikan ini dituliskan oleh Mohammed bin Hamad al-Mady, Presiden Organisasi Umum untuk Industri Militer Arab Saudi, seperti dikutip di situs Arab News, mengambil artikel dari harian Asharq Al-Awsat edisi 21 Mei.
Di harian itu, Al-Mady menuliskan artikel berjudul ”Hubungan Arab Saudi-AS: Sebuah Sejarah Panjang dan Visi yang Menjanjikan”. Disebutkan, hubungan ini berawal dari kehadiran bersama Presiden AS Franklin D Roosevelt dan Raja Abdul Aziz pada pertemuan puncak Arab Saudi pertama pada tahun 1945.
Keistimewaan hubungan juga terlihat saat Presiden Donald Trump berkunjung. Trump disambut karpet merah dan sarat simbolik, pertanda kedatangan Trump begitu istimewa.
Al-Mady pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Bisnis AS-Arab Saudi yang mendorong keeratan hubungan bisnis. Dia pun menuliskan pengalamannya sekaligus sejarah hubungan bilateral bahwa Arab Saudi Saudi telah menikmati hubungan yang baik, termasuk soal ekonomi dan hubungan prinsipil kedua negara.
Dia menyinggung ketika pada dekade 1930-an perusahaan AS, Standard Oil of California, mendapatkan hak pengelolaan migas di Arab Saudi diikuti pengapalan pertama hasil migas. Dia menuliskan juga, perusahaan-perusahaan asal AS turut berperan dalam pengembangan Saudi Aramco, perusahaan raksasa perminyakan milik negara Arab Saudi.
Hubungan bilateral itu juga dia sebutkan telah memberi kesempatan besar bagi para mahasiswa dan mahasiswi Arab Saudi untuk belajar di AS dalam beberapa dekade terakhir. Para mahasiswa Arab Saudi ini kemudian menempati posisi penting dalam berbagai bidang di Arab Saudi.
Akhir-akhir ini seperti juga dtuliskan oleh Al-Mady, telah berlangsung pembahasan hubungan ekonomi lebih dalam dengan AS. Pembahasan ini terkait dengan visi 2030 Arab Saudi, yang ingin mengurangi ketergantungan ekonomi pada industri migas. Untuk itu telah berlangsung diskusi intensif Arab Saudi yang dipimpin Pangeran Mohammed bin Salman dengan pejabat puncak AS di bidang ekonomi.
Keunikan hubungan ini yang mungkin bisa menjelaskan niat kuat di balik keakraban hubungan ekonomi Arab Saudi-AS.