Lagi, Harimau Sumatera Dibunuh, Kumis dan Kelaminnya Hilang
Oleh
Aufrida Wismi Warastri
·3 menit baca
AEK KANOPAN, KOMPAS — Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berumur sekitar lima tahun mati dengan luka tombak di badannya dan kepala terbacok. Beberapa bagian tubuhnya hilang, seperti kumis, kulit kening, alat kelamin, dan ujung ekor. Kematian ini memperpanjang daftar hewan langka yang hampir punah itu mati dibantai warga.
Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara Mukhtar Amin Ahmadi kepada wartawan di Medan, Jumat (26/5) mengatakan jazad harimau sudah dibawa petugas dan dititipkan di lemari pendingin Rahmat Gallery di Medan.
Harimau itu ditemukan terbunuh di Dusun Kuala Indah, Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas, Labuhan Batu Utara, sekitar 250 kilometer dari Medan, Kamis (25/5). Sebelum kejadian, harimau dilaporkan sudah seminggu terahir terlihat di sekitar desa dan masuk permukiman hingga teras rumah penduduk. Sejumlah ternak dilaporkan dimakan harimau itu seperti bebek dan ayam.
”Kami mendapat informasi ada harimau yang dibunuh pada Kamis sekitar pukul 13.00,” kata Kepala Resor Tanjung Balai BBKSDA Sumut Arif Hidayat. Petugas yang berada di Tanjung Balai kemudian meluncur ke lokasi dan tiba di desa itu sekitar pukul 20.00. Petugas mendapati harimau sudah dikuburkan.
”Harimau itu ditemukan terbunuh di Dusun Kuala Indah, Desa Terang Bulan, Kecamatan Aek Natas, Labuhan Batu Utara, sekitar 250 kilometer dari Medan.”
Setelah bernegosiasi alot, petugas berhasil membongkar kuburan harimau yang hanya sedalam 20 sentimeter pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.30. Bangkai harimau kemudian dibawa ke Medan dan sampai di Medan pada Jumat sekitar pukul 11.00. ”Kami belum mengetahui secara pasti bagaimana harimau itu terbunuh. Kami fokus mengevakuasi bangkainya karena cukup sulit mengambil bangkainya” kata Arif.
Berdasarkan informasi sementara yang diperoleh petugas di lapangan, harimau ditombak. Di badan harimau ditemukan luka tombak itu. Kepalanya juga dibacok dengan senjata tajam. Terdapat pula luka bekas jeratan di kedua kakinya.
Mukhtar mengatakan harimau dengan panjang 160 sentimeter dan tinggi 68 sentimeter itu diduga terluka atau sakit sehingga datang ke permukiman untuk mendapatkan makanan. Bekas jeratan di kakinya menunjukkan dia terjerat, tetapi bisa lepas. Namun, ia kesakitan dan diduga tidak bisa berburu seperti biasanya. Kawasan Aek Natas juga diidentifikasi sebagai daerah jelajah harimau.
”Sebenarnya warga sudah melaporkan keberadaan harimau itu kepada kepala desa. Namun, kepala desa tidak melaporkan kepada petugas,” kata Mukhtar. Sangat disayangkan petugas mengetahuinya setelah harimau mati.
Kepala Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan dan Kehutanan Wilayah I Sumatera Halasan Tulus mengatakan, pihaknya masih menyelidiki kasus ini dan mencari tahu siapa yang pernah menjerat harimau, membunuh harimau, dan apakah ada modus perdagangan bagian tubuh harimau. Para pelaku bisa terjerat UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pelaku terancam hukuman hingga lima tahun.
Bagian tubuh harimau seperti kumis, kulit, bahkan alat kelamin dinilai tinggi karena masyarakat masih percaya mitos kekuatan gaib bagian-bagian tubuh harimau itu.
Akibatnya permintaan harimau tinggi dan diduga ada sindikasi yang memperjualbelikannya. ”Padahal, itu semata-mata hanya mitos, tidak ada kekuatannya,” kata Tulus.
Sebelumnya seekor harimau sumatera juga ditemukan terjerat jebakan babi di Dolok Parmonangan, Kecamatan Dolok Panribuan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, sekitar 35 kilometer dari Pematang Siantar atau 11 kilometer dari Parapat, Danau Toba, Jumat (5/5). Harimau jantan berumur tujuh tahun itu bisa diselamatkan petugas.
Tahun lalu seekor harimau juga ditemukan terjerat jebakan babi hutan di Desa Silatom Tonga, Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Harimau itu ditembak mati warga, lalu dicincang. Dagingnya dibagi-bagi kepada warga desa untuk disantap. (Kompas, 10 Maret 2016)