”Informasi awal, mereka (11 WNI) masuk ke Marawi secara resmi untuk kegiatan dakwah sehingga mereka tidak ikut kegiatan kelompok radikal di Filipina selatan. Namun, Tim Densus 88 Antiteror sedang mendalami identitas mereka, termasuk latar belakang mereka,” ujar Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, Minggu (28/5), di Markas Besar Polri, Jakarta.
Otoritas Filipina menyatakan, sebagian besar warga kota berpenghuni 200.000 orang itu telah mengungsi dari Marawi. Ini terjadi sejak kota itu dilaporkan dikuasai kelompok Maute, awal pekan lalu.
Namun, menurut juru bicara komite manajemen krisis tingkat provinsi di Filipina selatan, Zia Alonto Adiong, setidaknya masih terdapat 2.000 warga yang tidak bisa mengungsi karena terjebak pertempuran antara pasukan pemerintah dan para militan.
”Mereka (para warga sipil) mengirimkan pesan tertulis melalui gawai, menelepon kami, mendesak untuk dikirimi tim penyelamat, tetapi kami tidak bisa dengan mudah memasuki wilayah yang tidak dapat kami tembus,” kata Adiong. ”Sebagian kekurangan pangan. Mereka takut tertembak, juga takut terhadap serangan udara,” katanya lagi.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menawarkan perundingan damai kepada kelompok Maute. Namun, hal itu tak dihiraukan kelompok Maute.
Pemerintah pun meradang. Setelah menurunkan sejumlah tank dan helikopter serbu ke Marawi dan terlibat perang kota, sejak akhir pekan lalu militer Filipina mulai mengirim jet-jet tempur ke kota itu. Jet-jet tersebut menggempur rumah-rumah yang diduga tempat persembunyian kelompok Maute.
Warga sipil di kota itu melambai-lambaikan bendera Filipina dari jendela rumah mereka sebagai tanda mereka bukan anggota kelompok Maute. Hal itu dilakukan agar militer tidak salah sasaran dalam serangannya.
8 warga dieksekusi
Ketakutan warga bertambah setelah Maute mengeksekusi warga. Pewarta foto kantor berita AFP menyaksikan delapan jenazah warga tergeletak tidak jauh dari sebuah jembatan. Warga lokal mengatakan, para korban kebengisan kelompok Maute adalah pegawai sebuah penggilingan padi dan klinik kesehatan.
Juru bicara militer Filipina wilayah regional, Letnan Kolonel Jo-ar Herrera, menyatakan, Maute telah membunuh 19 warga sipil. Belum dapat dipastikan, apakah delapan warga yang dieksekusi mati Maute sudah masuk hitungan resmi militer itu.
Jika belum termasuk, jumlah total korban jiwa akibat pertempuran di Marawi telah menembus angka 100. Sebelumnya, jumlah korban tewas yang dirilis militer adalah 97 orang. Angka itu termasuk 61 militan Maute, 15 tentara, dan 2 polisi Filipina.
Mengenai keselamatan 11 WNI, Setyo Wasisto mengatakan, Atase Polri di Filipina terus berkomunikasi dengan 11 orang itu untuk keluar dari Marawi sehingga mempermudah upaya pemulangan mereka. Proses pemulangan juga melibatkan perwakilan KBRI di Davao.
Di Bandung, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan, 10 dari 11 warga Indonesia di Marawi itu berasal dari Jawa Barat. (AFP/AP/REUTERS/SAN/BKY/BEN)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.