PALU, KOMPAS — Dalam seminggu terakhir, gempa beberapa kali mengguncang daerah Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Otoritas terkait menyatakan terus memantau aktivitas gempa secara intensif. Meski diprediksi tidak bakal muncul gempa besar, warga diminta tetap waspada dan tidak terpancing dengan informasi bohong yang sempat beredar terkait gempa.
Dua kejadian yang tercatat perlu diwaspadai adalah gempa 5,6 skala Richter (SR) pada Rabu (24/5) dan gempa 3,9 SR pada Senin (29/5) dini hari. Gempa pertama menyebabkan sedikitnya 40 rumah penduduk di Kecamatan Bahodopi rusak. Sementara gempa terakhir tidak menimbulkan kerusakan bangunan.
Kedua gempa itu tak menimbulkan tsunami. Gempa dipicu aktivitas sesar lokal Matano yang bergerak mendatar. Morowali berjarak sekitar 450 kilometer dari Palu, ibu kota Sulawesi Tengah.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Palu Petrus D Sili menyampaikan, petugas sedang berada di lapangan untuk memasang seismograf (perekam getaran gempa). Pemasangan alat tersebut juga disertai sosialisasi terkait gempa kepada pemerintah kecamatan, desa, dan masyarakat setempat.
”Alat itu akan mencatat jumlah dan kekuatan gempa susulan setelah gempa utama 5,6 SR lalu. Dengan mengetahui tipe gempa susulan, bisa dihasilkan kesimpulan terkait tingkat seismisitas yang berimplikasi pada konstruksi yang mengakomodasi kondisi gempa,” ujar Petrus di Palu, Senin (29/5).
Konstruksi bangunan
Ia mengatakan, konstruksi bangunan di Morowali tak mengakomodasi faktor kegempaan. Hal itu terlihat jelas dari kerusakan rumah yang terjadi pada Rabu pekan lalu. Padahal, intensitas gempa masih terhitung kecil, yakni 5,6 SR.
Terkait gempa susulan, ia menuturkan, biasanya gempa susulan tidak lebih besar dari gempa utama. Meski demikian, warga diminta agar tetap waspada.
Warga juga diimbau agar hanya memercayai informasi yang dikeluarkan BMKG atau pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Informasi sesat banyak beredar di masyarakat melalui media sosial, di antaranya yang menyebutkan akan ada tsunami menyusul seringnya gempa di Morowali. Padahal, BMKG tak pernah menyampaikan hal itu.
Agustus tahun lalu, informasi bohong terkait gempa dan tsunami juga tersebar di Morowali. Banyak warga yang mengungsi akibat berita tidak benar itu.
Kepala BPBD Sulawesi Tengah Bartolomeus Tandigala memastikan pihaknya selalu berkoordinasi dengan BMKG. Selain itu, petugas lapangan juga disiagakan, terutama di wilayah Kecamatan Bahodopi, untuk mengantisipasi kemungkinan buruk terjadi. (VDL)