KOLOMBO, SENIN — Bencana alam yang dipicu oleh hujan lebat menyebabkan 164 orang meninggal di Sri Lanka. Sebanyak 104 orang juga dilaporkan belum diketahui keberadaannya.
Banjir yang terjadi sejak Jumat pekan lalu tersebut tercatat sebagai banjir terparah dalam 14 tahun terakhir. Lebih dari 500.000 orang tidak dapat bernaung di tempat tinggal mereka akibat terendam banjir.
Sementara itu, kepolisian Sri Lanka melaporkan jatuhnya helikopter Mi-17 yang sedang mengangkut logistik bantuan untuk korban banjir. Helikopter itu jatuh di sisi selatan kawasan Baddegama, Senin (29/5) pagi, meski tidak terdapat korban jiwa.
Badan meteorologi setempat kepada kantor berita AFP mengatakan, ada potensi hujan lebih lebat pada Senin dan Selasa besok, yang diduga dapat mengganggu rencana evakuasi dan pemberian bantuan kepada korban.
Banjir 2016
Tahun lalu, harian Kompas juga memberitakan bencana serupa. Ketika itu, sekitar 200.000 warga Kolombo, ibu kota Sri Lanka, Jumat (20/5/2016), terpaksa mengungsi karena kota tersebut dilanda banjir akibat hujan lebat. Mereka menaiki perahu karet dan rakit darurat untuk menyelamatkan diri.
Pada saat itu, lebih dari 60 warga tewas dan dikhawatirkan jumlah korban tewas akan terus bertambah karena banyak warga yang dilaporkan hilang. Seorang ibu rumah tangga bernama Diluka Ishani mengatakan, dirinya, suami, dan dua anaknya berhasil menyelamatkan diri ke tanah yang lebih tinggi. Mereka kemudian dibantu dengan perahu milik Angkatan Laut Sri Lanka dan dibawa ke lokasi aman.
”Kami mulai pindah ke area yang lebih tinggi ketika banjir makin tinggi, dan kami tidak tahu harus pergi ke mana,” ujar Ishani. ”Angkatan Laut telah menyelamatkan hidup kami, tetapi kami kehilangan semua yang kami punya,” lanjutnya (Kompas, Sabtu, 21 Mei 2016).
Meski demikian, bencana tahun ini diduga lebih besar daripada bencana yang dialami Sri Lanka pada tahun 2016 itu. (AFP)