Final NBA 2017 yang akan berlangsung mulai 1 Juni ini menjadi salah satu final di NBA yang bakal mewariskan kisah menarik. Khususnya untuk NBA Pantheon atau ”rumah para dewa” NBA. Salah satunya karena final NBA 2017 kembali mempertemukan Cleveland Cavaliers dan Golden State Warriors untuk ketiga kali.
Apalagi, pencinta bola basket mondial tentu sudah mengerti dengan apa yang tengah dibahas, yaitu soal ”Greatest of All Time” atau GOAT, yakni pemain ”terbesar sepanjang masa”. Tentu yang tengah dibahas kali ini hanya membicarakan ”Greatest Extended Stretch Of Excellence atau pemain ”luar biasa selama ini”.
Untuk itu, kita akan coba melihat peran tiga pemain utama yang tampil di final NBA 2017, yang bakal mendapat sorotan lebih banyak dari media massa dan elektronik dibandingkan pemain lainnya. Mulai dari:
LeBron ”King” James
Jika kita menyebut Michael Jordan sebagai GOAT, tentu itu bukan karena sang miliarder Afro-Amerika ini mampu melampaui semua prestasi yang telah dicapai Wild Chamberlain. Atau jumlah cincin jawara NBA yang sudah digapai Bill Russell hingga 11 kali. Atau melampaui jumlah poin yang telah diciptakan Kareem Abdul-Jabbar yang mencapai total 38.387 poin.
Namun, khusus pada periodisasi 1987 hingga 1998, ketika Jordan mampu terpilih hingga lima kali sebagai pemain terbaik (MVP) NBA. Ia juga mampu mempersembahkan enam gelar NBA bagi Chicago Bulls serta selalu menjadi pemain terbaik (MVP) final NBA ketika mengantar Bulls meraih ke-6 gelarnya sejak 1991, 1992, 1993, 1996, 1997, hingga 1998.
Tentu itu tidak termasuk ketika Jordan memperkuat Washington Wizards.
Sementara final tahun ini bakal menjadi gelar ke-4 bagi James dalam eman tahun terakhir. Itu kalau Cavaliers menang. Bahkan, kemungkinan ia bakal keluar sebagai MVP final untuk keempat kali dalam periode enam musim tadi.
Jelas pencapaian tersebut tidak berbeda dengan empat gelar NBA yang sudah diraih Jordan dalam enam musim. Sekalipun memang semua pencinta bola basket dunia sudah tahu bahwa Jordan melewatkan satu setengah tahun untuk bermain bisbol setelah menyatakan pengunduran dirinya dari NBA pada 6 Oktober 1993.
Jelas hal tersebut tidak bisa disamakan dengan James. Ini mengingat setelah kembali dari bisbol, ternyata Jordan masih tetap mampu membawa Bulls meraih tiga cincin jawara NBA lagi.
Itu sebabnya, bagi James, pencapaian musim ini hanya menjadi kelanjutan prestasinya, bukan puncak capaian atau GOAT.
Meski demikian, ada satu hal yang bisa membuat James sedikit memiliki nilai lebih daripada Jordan, yakni penghargaan MVP final yang dia raih setelah mengalahkan pemegang MVP musim 2016, Stephen Curry, di babak final play off 2016. Tentu hal ini berbeda dengan Jordan sepanjang menjadi jawara di musim 1991 hingga 1998.
Walaupun tahun ini tampaknya gelar tersebut tidak akan berpihak kepadanya, mengingat James, Curry, dan Kevin Durant atau KD termasuk tiga pemain kandidat MVP finalis yang diundang menghadiri pemberian penghargaan gelar MVP 2017, 24 Juni mendatang.
Prestasi yang masih mungkin dicatat James ialah menjadi pemain yang bisa mengalahkan tim dengan dua pemain MVP. Hal ini pernah dicapai Michael Ray Richardson saat membawa New Jersey Nets melampaui Moses Malone dan Julius Erving yang memperkuat Philadelphia 76ers pada musim 1984.
Stephen Curry
Bagi Curry, final kali ini menjadi kesempatan untuk dirinya bisa menentukan siapa yang menjadi pemain terbaik pada era ini. Tentu, untuk mencapai hal tersebut, Curry harus berani memutuskan bertarung heat to heat melawan ”King” James agar dirinya juga mampu mengoleksi gelar dan cincin yang lebih banyak.
Hal ini pernah dilakukan sejak era Kobe Bryant kala memutuskan untuk bertarung heat to heat melawan Jordan. Kemudian, ”King” James pun melakukan pertarungan heat to heat melawan Bryant yang baru pensiun musim lalu.
Sebab, kalau hanya mencoba membandingkan Curry dengan Jordan, hal itu tentu masih terlalu jauh. Lihat saja dari poin yang diciptakan, Jordan tidak pernah menciptakan poin di bawah 20 angka pada final NBA. Sementara Curry sudah mencatat poin di bawah 20 angka sebanyak tiga kali pada musim 2016 dan sekali pada final 2015.
Meskipun demikian, Curry memiliki peluang untuk menjadi pengendali permainan bola basket di tingkat tinggi di final nanti. Dengan begitu, ada kemungkinan dirinya juga dapat meraih gelar MVP final NBA yang belum pernah digapainya. Hal ini bisa dia capai apabila mampu membuat paling sedikit 30 poin dalam empat laga.
Hal ini sudah dia buktikan sendiri ketika Warriors mencatat rekor kalah-menang 22-3 di babak play off ketika Curry mampu mencetak poin paling sedikit 30 angka.
Untuk itulah, Curry harus segera melupakan semua yang telah terjadi di final 2016, khususnya pada gim ke-6. Saat itu, Curry dipermalukan James yang mengebloknya dari belakang, ketika ia merasa tinggal seorang diri dan bebas melakukan lay up, sekalipun Warriors memang sudah dikenal sebagai tim dengan pola menyerang terbaik di NBA.
Pada musim ini, Curry telah mencatat nilai tertinggi untuk membuat poin yang mencapai 28,6 persen serta tembakan 3 poin hingga 43,1 persen. Apalagi pada musim reguler ini, dia juga memiliki rata-rata yang lebih baik daripada musim 2015, ketika ia mendapat gelar MVP pertamanya.
Itu sebabnya, apabila Curry mampu menampilkan empat gim terbaiknya lagi, semuanya akan berubah, baik untuk dirinya maupun Warriors dan pentas NBA sendiri.
Kevin Durant
KD menghadapi persoalan yang sedikit sulit, sekalipun mungkin tidak bagi dirinya.
Pertama, ketika dia dikecam akibat mengumumkan perpanjangan kontrak dirinya pada musim 2010 hingga 2014 yang rendah sebagai pemain rookie dengan Oklahoma City Thunder, melalui media sosialnya, Twitter.
Kedua, saat dirinya memutuskan untuk bergabung dengan tim Warriors yang telah mengalahkan Oklahoma City Thunder pada play off 2016.
Ketiga, ketika KD harus tetap tampil di All-Star 2017 karena harus bermain satu tim dengan rekan setimnya dulu, Russell Westbrook.
Yang terakhir, jika di final 2017 ternyata KD dan kawan-kawan di Warriors tidak mampu meraih gelar NBA. Tentu musim panas kali ini bakal menjadi waktu yang penuh dengan cemooh bagi dirinya.
Namun, sekali lagi, itu baru menurut pandangan para pengamat dan pendukung Thunder. Pasti berbeda dengan KD.
Sebab, kita juga tentu tidak menginginkan KD yang merupakan salah satu bintang NBA menjadi pemain berbakat yang belum memiliki satu pun koleksi cincin NBA setelah bergelimang selama sepuluh musim.
Semoga KD bisa menjadi MVP final musim ini karena sudah pasti KD akan menjadi pemain terfavorit untuk diwawancarai semua media massa dan elektronik, termasuk ESPN Forecast.
Ini karena penggemar bola basket mondial ingin penjelasan dirinya atas apa yang dikatakan orang bahwa KD hanya memanfaatkan Curry untuk meraih gelar jawara NBA. Sama halnya seperti yang dikatakan orang, ketika James hijrah ke Miami Heat untuk memanfaatkan Dwyane Wade.
Kita tunggu saja hasilnya mengingat final NBA 2017 yang berlangsung Rabu (31/5) malam waktu Amerika Serikat atau Kamis (1/6) pagi WIB akan dimulai di Oracle Arena, Oakland, California, tetap menggunakan sistem best of seven. (ESPN.COM/NBA.COM)