Gempa Susulan Masih Terjadi, Warga Diimbau Waspadai Bangunan Rusak
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa bumi susulan berkekuatan magnitudo 4,9 terjadi di wilayah Poso, Sulawesi Tengah, pada Jumat (2/6) pukul 12.59 WIB. Masyarakat diharapkan mewaspadai bangunan yang telah rusak dan dikhawatirkan roboh akibat rentetan gempa susulan ini.
”Sekalipun gempa susulan masih terus terjadi, frekuensi dan kekuatannya cenderung menurun,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono.
Menurut Daryono, gempa cukup kuat terakhir yang terjadi pada Jumat siang pusatnya terletak pada koordinat 1,26 derajat Lintang Selatan dan 120,42 derajat Bujur Timur, tepatnya di darat pada jarak 45 kilometer arah barat laut Poso di kedalaman 6 kilometer.
”Hasil analisis kami, gempa bumi ini dirasakan pada skala intensitas II (SIG) Skala Informasi Gempa-BMKG atau III MMI (Modified Mercalli Intensity) di wilayah Poso dan Palu,” katanya.
Seperti gempa-gempa sebelumnya, gempa kali ini dipicu pergerakan sesar aktif Palolo Graben. Data BMKG menunjukkan, setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,6 melanda kawasan ini pada Senin (29/5), hingga Jumat malam telah terjadi 234 gempa susulan.
Didasarkan pada analisis peluruhan gempa bumi susulan yang dilakukan BMKG, gempa susulan di Poso diperkirakan berakhir hingga dua pekan. ”Berdasarkan tren data magnitudonya, tampak sangat kecil peluang untuk terjadi gempa susulan dengan kekuatan besar,” ujar Daryono.
Namun, masyarakat diminta waspada terhadap bangunan yang telah retak akibat gempa sebelumnya karena dikhawatirkan bisa roboh. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan, 348 bangunan mengalami kerusakan akibat gempa. Bangunan yang rusak itu terdiri dari 168 rumah rusak berat, 143 rumah rusak ringan, 1 gereja rusak berat, 5 gereja rusak ringan, 11 sekolah rusak berat, 2 sekolah rusak ringan, 2 masjid rusak ringan, dan 6 gedung kantor rusak ringan. Kerusakan bangunan terutama terjadi di Lembah Napu.
Likuifaksi
Kajian lapangan yang dilakukan tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi menemukan, kerusakan bangunan di Lembah Napu ini disebabkan dekatnya jarak bangunan dari episenter gempa bumi, kondisi bangunan yang buruk, serta kondisi geologi daerah tersebut yang berupa endapan aluvial. ”Endapan ini akan memperkuat efek guncangan akibat gempa bumi,” kata Supartoyo, yang memimpin tim PVMBG ini.
Kepala Bidang Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Sri Hidayati menyebutkan, banyaknya kerusakan bangunan juga dipicu terjadinya likuifaksi, yaitu fenomena rusaknya struktur tanah dan biasanya menjadi lembek atau berlumpur setelah guncangan gempa karena kondisi tanah berpasir.
Likuifaksi ini terpantau terjadi di Dusun 3, Desa Wuasa, Kecamaran Lore Utara. Selain itu, di dusun ini juga ditemukan ada jalur sesar yang muncul di permukaan (surface rupture). ”Bangunan yang kuat pun kalau dibangun di atas surface rupture pasti akan rusak,” kata Sri Hidayati.
Banyaknya kerusakan bangunan juga dipicu terjadinya likuifaksi, yaitu fenomena rusaknya struktur tanah dan biasanya menjadi lembek atau berlumpur setelah guncangan gempa karena kondisi tanah berpasir.
Oleh karena itu, Sri Hidayati menyarankan temuan adanya jalur sesar di permukaan ini bisa menjadi pertimbangan dalam proses rehabilitasi nanti. Bangunan yang dilalui jalur sesar permukaan ini sebaiknya digeser. (AIK)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.