logo Kompas.id
UtamaCuaca Buruk Bisa Ganggu...
Iklan

Cuaca Buruk Bisa Ganggu Pemudik

Oleh
· 4 menit baca

AMBON, KOMPAS — Gelombang tinggi diprediksi bakal mengganggu kelancaran arus mudik yang menggunakan angkutan laut. Hingga akhir Juni 2017, cuaca buruk berupa hujan lebat dan angin kencang akan melanda sejumlah wilayah di Tanah Air. Masyarakat yang akan mudik dan pihak terkait perlu mengantisipasi kondisi buruk tersebut.Saat ini, wilayah Maluku dilanda hujan lebat dan angin kencang. Tinggi gelombang mencapai 4 meter sehingga banyak kapal tidak beroperasi. Gubernur Maluku Said Assagaff, Sabtu (3/6), di Ambon, menjelaskan, Kapal Motor (KM) Sabuk Nusantara 48, misalnya, sudah empat hari tertahan di Desa Tepa, Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya. Kapal tidak bisa melanjutkan perjalanan ke pulau lain di Maluku Tenggara Barat.Sekitar 100 penumpang ikut tertahan. Mereka umumnya ibu dan anak. Sebagian penumpang kehabisan pangan. "Camat setempat sudah diperintahkan untuk membantu penumpang," kata Said. Kapal itu berukuran 1.200 gros ton (GT). Di pelabuhan rakyat Merah, Kota Ambon, sejumlah kapal kayu dengan tujuan Pulau Buru dan Manipa juga tidak berlayar. Ukuran kapal umumnya kurang dari 10 GT dengan waktu tempuh di setiap rute lebih dari 15 jam. Kapal-kapal tersebut mengangkut barang kebutuhan pokok. Lewat laman resminya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Pattimura, Ambon, mengeluarkan peringatan dini cuaca buruk. Gelombang tinggi melanda hampir semua perairan Maluku akibat angin kencang dari Australia. Angin kencang juga diikuti dengan hujan lebat. Said berharap warga bisa merencanakan mudik dari sekarang dan menyesuaikan dengan jadwal kapal besar, seperti kapal PT Pelni. Kemungkinan kapal perintis yang berukuran kurang dari 2.000 GT tak diizinkan berlayar. "Kami akan usahakan ekstra trip ke wilayah dengan jumlah pemudik terbanyak," katanya. Wilayah itu adalah Kota Tual dan Seram Bagian Timur. Wilayah NTTCuaca buruk juga melanda wilayah Nusa Tenggara Timur. BMKG Kupang membuka posko cuaca untuk memberikan informasi tentang cuaca di laut, udara, dan darat bagi masyarakat yang akan melakukan perjalanan. Kini, perairan di NTT dilanda gelombang tinggi hingga 5 meter. Sejumlah pelayaran berhenti beroperasi.Anggota staf Badan Meteorologi, Klimatologi, Vulkanologi, dan Geofisika (BMKVG) Kupang, Ni Putu Nonik Prianti, Sabtu, di Kupang, mengatakan, posko informasi cuaca sangat mendesak terkait mobilisasi warga melalui laut, darat, dan udara ke tempat tujuan. Masyarakat harus paham lebih awal sebelum melakukan perjalanan. Setiap saat BMKVG selalu memberikan informasi cuaca kepada masyarakat di 22 kabupaten/kota di NTT melalui Whatsapp. Posko informasi cuaca itu dibuka selama 24 jam. Saat ini gelombang di wilayah NTT berkisar 3-5 meter, terutama di perairan Laut Timor, Selat Sumba, perairan Selatan Kupang, Laut Sawu, dan Samudra Hindia Selatan. Kondisi gelombang tinggi itu sangat membahayakan pelayaran. Gelombang tinggi itu juga terjadi karena angin bertiup kencang dari arah Australia. Pada musim angin timur, matahari berada di belahan bumi utara, menyebabkan Australia mengalami musim dingin sehingga bertekanan tinggi, sementara Asia lebih panas, bertekanan rendah. Angin bertiup dari daerah tekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah atau dari daerah bersuhu rendah ke daerah bersuhu tinggi.Kepala Seksi Kesyahbandaran Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Frans Meo mengatakan, delapan feri yang melayani sejumlah rute pelayaran di NTT sejak tiga hari terakhir tak beroperasi, termasuk feri rute Kupang-Rote, yang hanya ditempuh empat jam. Sesuai informasi BMKVG, feri boleh beroperasi, Minggu (4/6). Di Palembang, jumlah penumpang angkutan udara pada masa libur Lebaran 2017 diperkirakan meningkat hingga 15 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Panjangnya masa liburan menjadi penyebab. GM PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Iskandar Hamid mengatakan, operasi angkutan Lebaran berlangsung 15 Juni hingga 13 Juli 2017. Jumlah penumpang selama periode itu sekitar 255.000 orang atau naik 15 persen ketimbang masa mudik tahun 2016. "Untuk masa puncak diperkirakan akan terjadi empat hari sebelum Lebaran," ujar Iskandar. (FRN/KOR/RAM/DRI)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000