Commuter Control Room KCJ: Mulai dari Cari Gelang sampai Cari Istri
Oleh
HARYO DAMARDONO
·3 menit baca
Sejak Januari 2017, di kantornya yang baru selesai direnovasi, di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) telah mengoperasikan Commuter Control Room. Dari ruangan tersebut, sebagian operasional perkeretaapian komuter di Jabodetabek dapat dikontrol.
Layar-layar lebar di dinding selatan Commuter Control Room mampu menampilkan hasil pemantauan melalui kamera di setiap stasiun sehingga pergerakan penumpang dapat diamati. Dari situ, pegawai KCJ menganalisis kondisi terakhir jika diperlukan memberikan masukan untuk perubahan operasional kereta komuter.
Commuter Control Room bahkan punya kemampuan lebih dibandingkan dengan E-Ticketing Monitoring Center (EMC). Sistem EMC memang lebih terfokuskan pada sistem pemantauan operasional tiket elektronik KRL yang awalnya dipasang di 389 gerbang elektronik di 67 stasiun.
EMC itu sendiri pun dioperasikan sejak 30 September 2013 hasil kerja sama antara manajemen KCJ dan PT Telekomunikasi Indonesia. Pemantauan yang dilakukan mulai dari aktif atau tidaknya gerbang elektronik hingga berfungsi atau tidaknya genset yang menjadi daya cadangan ketika terjadi pemadaman listrik.
Kini, ruang EMC masih tetap berfungsi. Namun, dari Commuter Control Room, data yang dipantau oleh EMC dapat ditampilkan. Dengan demikian, Commuter Control Room jelas punya kemampuan lebih dibandingkan EMC.
Teknologi, termasuk dalam pemantauan perjalanan kereta komuter, jelas dibutuhkan demi makin andalnya pergerakan manusia di Jabodetabek. Apalagi, per Mei 2017, jumlah penumpang KRL Jabodetabek telah menembus angka 1 juta penumpang per hari. Pengamatan secara manual―tanpa teknologi—tentu takkan membuat operasional perkeretaapian menjadi optimal.
Meski demikian, ternyata ada hal-hal unik yang berhasil ”dituntaskan” oleh petugas di Commuter Control Room. Suatu hari, seorang penumpang di lintas Serpong-Tanah Abang melaporkan kehilangan gelang emas yang dipakai di tangannya. Penumpang tersebut bahkan menyalahkan manajemen KCJ.
”Dari Commuter Control Room, kami putar ulang rekaman CCTV. Kami putar rekaman pada saat Ibu itu memasuki stasiun dan men-tap e-ticket. Rekaman itu dengan jelas memperlihatkan bahwa Ibu itu tidak memakai gelang saat memasuki stasiun,” kata Manajer Komunikasi KCJ Eva Chairunisa, Rabu (7/6/2017).
Meski demikian, Eva menekankan betapa rekaman di Commuter Control Room tidak dapat diputar begitu saja. ”Kalau ada penumpang yang mau lihat rekaman itu, mereka harus melampirkan surat kehilangan dari polisi,” ujarnya.
Suatu hari, seorang bapak meminta tolong operasional KCJ untuk ”mencari” istrinya. Tentu saja bukan karena istrinya kabur, melainan bapak itu ”tertinggal” saat pintu kereta tiba-tiba tertutup. Pasangan itu pun tidak saling membawa telepon genggam sehingga KCJ pun membantunya. Dari rekaman kamera pemantau pun akhirnya diketahui lokasi stasiun di mana sang istri turun.
Kepolisian, kata Eva, juga pernah menggunakan data dari Commuter Control Room untuk melacak pelaku kejahatan. Ketika awalnya kamera pemantau (CCTV) di stasiun-stasiun KRL digunakan untuk operasional perkeretaapian, pada akhirnya dapat pula didayagunakan untuk melacak kejahatan.
Commuter Control Room, apalagi bila akhirnya dapat diintegrasikan dengan ruangan-ruangan pemantau lainnya di Jabodetabek, kiranya suatu hari nanti dapat ”menjaga” kota ini dengan lebih baik. Tidak lagi sekadar menjaga operasional kereta komuter Jabodetabek....