Harapan NU untuk Unit Kerja Pembinaan Ideologi Pancasila

KOMPAS/ANITA YOSSIHARA

Wakil Presiden Jusuf Kalla memberikan ucapan selamat kepada Yudi Latif yang baru dilantik sebagai Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (7/6).

JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo hari ini, Rabu (7/6), melantik Dewan Pengarah dan Eksekutif Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) di Istana Negara, Jakarta.

UKP-PIP diharapkan dapat mendorong pembelajaran yang segar dan konkret atas nilai-nilai Pancasila. Di tengah benturan ideologi di Indonesia, UKP-PIP dinilai memiliki peran strategis untuk mengampanyekan Pancasila dalam perspektif kekinian.

Dewan Pengarah UKP-PIP yang dilantik Presiden Joko Widodo terdiri dari Megawati Soekarnoputri, Try Sutrisno, KH Ma’ruf Amin, KH Said Aqil Siroj, Prof DR Syafii Ma’arif, Prof DR Mahfud MD, Sudhamek, Andreas Anangguru Yewangoe, dan Wisnu Bawa Tenaya.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj, yang juga menjadi Dewan Pengarah UKP-PIP, mengungkapkan harapannya atas kinerja Unit Kerja Kepresidenan ini. ”Selama ini, bangsa Indonesia telah mendapat tantangan yang demikian besar, khususnya dalam prinsip dan ideologi berbangsa. Warga negeri ini harus memahami kembali Pancasila dalam perspektif yang segar dan kontekstual. NU sejak awal konsisten merawat dan menjaga Pancasila,” ujar  Said.

NU sejak awal konsisten merawat dan menjaga Pancasila.

Sementara itu, Ketua Umum Pagar Nusa Nahdlatul Ulama M Nabil Haroen dalam siaran pers yang diterima Kompas menyatakan harapan besarnya atas UKP-PIP. ”NU telah membuktikan, dalam segenap narasi sejarahnya, betapa warga nahdliyin konsisten menjaga Pancasila sebagai ideologi negara dan prinsip kebangsaan. Bahkan, NU jelas membangun jembatan antara niali-nilai Islam dan Pancasila yang harmonis dan kontekstual,” jelas Nabil.

KOMPAS/WISNU WIDIANTORO

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, yang juga anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila, berharap lembaga yang baru dibentuk ini mampu membantu warga negara Indonesia memahami Pancasila secara lebih kontekstual.

”Kita dapat membaca rangkaian yang jelas sejak 1945, 1965, hingga 1984, hingga era reformasi, NU memaknai momentum besar kebangsaan dengan rujukan Pancasila dan nilai-nilai Islam. Untuk sekarang ini, Pancasila harus menjadi prinsip kebangsaan di tengah ancaman ideologi transnasional,” ujar Nabil.

Nabil berharap, untuk sekarang, UKP-PIP dapat mengembangkan program internalisasi Pancasila yang lebih kontekstual. ”UKP-PIP harus didorong menjadi unit kerja yang memiliki peran signifikan menguatkan dan mengampanyekan Pancasila agar lebih segar. Seraya menyiapkan strategi membendung ideologi transnasional yang mengancam negeri ini. Namun, jangan sampai Pancasila hanya sebagai stempel, harus ada pemaknaan dan program relevan yang terstruktur dan terkoneksi dengan ormas-ormas di negeri ini,” katanya.

Jangan sampai Pancasila hanya sebagai stempel, harus ada pemaknaan dan program relevan yang terstruktur dan terkoneksi dengan ormas-ormas di negeri ini.

Menurut Nabil, NU selama ini menjadi organisasi kemasyarakatan yang paling konsisten merawat Pancasila ketika ideologi negara ini mengalami ancaman sepanjang sejarah bangsa.