JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian mengimbau produsen telepon seluler yang telah berinvestasi di Indonesia agar memanfaatkan fasilitas insentif pajak. Bentuk insentif yang ditawarkan pemerintah meliputi potongan pajak atau tax allowance, dan bea masuk ditanggung pemerintah.
”Saat ini, persentase kewajiban pemenuhan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) ponsel 4G LTE baru 30 persen. Sejumlah produsen merek lokal ataupun asing yang telah berinvestasi di Indonesia sudah memenuhi di atas 20 persen sampai 30 persen. Kami, kan, menginginkan persentase pemenuhan lebih besar,” ujar Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan melalui pesan elektronik kepada Kompas, Jumat (9/6/2017), di Jakarta.
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 65 Tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai TKDN Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam, dan Komputer Tablet mempertegas dan memberi tiga pilihan bagi produsen.
Skema yang harus dipilih produsen untuk memenuhi kewajiban TKDN adalah skema 100 persen perangkat keras, skema 100 persen perangkat lunak, dan skema investasi.
Mengutip data Kemenperin, hingga akhir 2016 terdapat 23 perusahaan manufaktur perakitan ponsel (electronics manufacturing service/EMS), 42 merek ponsel, dan 37 pemilik merek global ataupun nasional yang telah berinvestasi di Indonesia. Total nilai investasi mereka mencapai Rp 7 triliun dengan serapan hingga 13.000 tenaga kerja.
”Penawaran fasilitas-fasilitas tersebut sudah ada. Kami minta produsen menggunakan fasilitas tersebut. Kalau perlu dukungan dari Kemenperin, kami siap,” kata Putu.
Mengenai fasilitas bea masuk ditanggung pemerintah, kata Putu, pejabarannya dapat dipakai saat pembelian komponen dari luar negeri. Meski demikian, Putu tidak menjelaskan lebih detail bagaimana mekanisme pengajuan fasilitas tersebut.
Kemenperin mencatat nilai impor ponsel pada 2015 mencapai 2,2 miliar dollar AS atau setara Rp 29,295 triliun. Dengan nilai tersebut, volume impornya berkisar 31,7 juta unit. Pada 2016, nilai impor menurun menjadi 773,8 juta unit atau setara Rp 10,303 triliun dengan volume impor 18,4 juta unit.
Sementara itu, total produksi ponsel pintar di dalam negeri mencapai 24,8 juta unit pada 2015. Jumlahnya naik menjadi 25 juta unit saat 2016.
Menjelang Idul Fitri, sejumlah produsen ponsel pintar berlomba-lomba meluncurkan seri terbaru. Di antaranya Axioo yang mulai memasarkan ponsel pintar seri Venge 2. Seri ini menonjolkan dua kamera belakang buatan manufaktur Sony. Kamera pertama memiliki resolusi gambar 13 megapiksel sehingga mampu memproduksi foto dengan kualitas tajam dan amat fokus. Sementara itu, kamera sekunder mempunyai resolusi 2 megapiksel dan bisa dipakai untuk menghasilkan kedalaman gambar atau depth of field (DoF).
CEO Axioo Indonesia Samuel Lawrence dalam siaran pers mengemukakan, Venge 2 berupaya menjawab kebutuhan pengguna fotografi ponsel. Dia mengklaim foto yang dihasilkan Venge 2 mempunyai tingkat akurasi warna yang tinggi saat ditampilkan di layar.
”Kami memakai teknologi IPS Full Lamination yang memungkinkan tingkat akurasi tinggi dalam warna, kualitas gambar yang tajam, dan sudut pandang yang lebar hingga 178 derajat,” ujar Samuel.
Selain Axioo, SHARP bersama Foxconn meluncurkan SHARP M1 dan SHARP Z2. Kemudian, Haier Mobile memasarkan ponsel pintar Haier Leisure L7, sedangkan Vivo dengan ponsel pintar seri V5s Pure White Limited Edition. Para produsen tersebut berupaya mengambil keuntungan selama bulan Ramadhan dan Lebaran. Ponsel pintar yang mereka tawarkan pun rata-rata berada pada level medium.