LONDON, SABTU — Uni Eropa mendesak Inggris menepati jadwal perundingan Brexit yang sedianya dimulai pada 19 Juni 2017. Namun, Perdana Menteri Inggris Theresa May, yang telah membentuk pemerintahan minoritas dengan Partai Unionis, kini harus menghadapi perlawanan internal partainya.
Kanselir Jerman Angela Merkel, Sabtu (10/6), kembali menegaskan, Jerman maupun Uni Eropa (UE) siap memulai perundingan dengan Inggris. ”Saya rasa Inggris ingin tetap berpegang pada jadwal yang disepakati. Kami ingin melakukan perundingan secepatnya, sesuai jadwal. Dengan demikian, tak ada alasan bahwa perundingan tak bisa segera dimulai,” kata Merkel.
Perundingan dengan UE seharusnya menjadi tugas terberat May sebagai perdana menteri pasca-pemilu. Namun, apa daya, partai Konservatif yang dipimpinnya tak mampu memperoleh suara mayoritas sehingga harus bermitra dengan Partai Unionis Irlandia yang tidak dikenalnya untuk membentuk pemerintahan minoritas.
Salah satu tantangan terbesar May adalah rencana Inggris untuk keluar dari UE ”tanpa kesepakatan”, termasuk keluar dari pasar tunggal Eropa.
Namun, dengan posisi yang lebih lemah di parlemen, May kemungkinan harus melakukan pendekatan yang lebih lunak karena kubu oposisi maupun sebagian pihak di Konservatif tetap menginginkan Inggris menjadi bagian dari UE melalui pasar Eropa. Untuk mewujudkan itu, Inggris harus menerima syarat pergerakan bebas bagi warga UE di Inggris.
Perlawanan internal
Kekalahan yang memalukan bagi Konservatif menimbulkan perlawanan di internal partai. Menurut harian The Telegraph, para politisi senior Konservatif, termasuk Menteri Luar Negeri Boris Johnson, Menteri Dalam Negeri Amber Rudd, dan Menteri Brexit David Davis, menyuarakan usulan agar May diganti.
Hal senada juga diberitakan oleh The Sun, yang menyebutkan sejumlah anggota senior Konservatif bertekad untuk menggeser May. Akan tetapi, mereka menunggu sampai akhir tahun karena khawatir perebutan kekuasaan di Konservatif akan mendorong pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, ke puncak kekuasaan. ”Theresa May adalah pemimpin terkuat yang kita miliki saat ini,” kata Menteri Yunior Brexit David Jones. Namun, ia mengaku sulit memprediksi apakah May akan bertahan sampai akhir tahun ini.
Terkait hasil pemilu, dua orang kepercayaan May, Nick Timothy dan Fiona Hill, mengundurkan diri. Timothy mengatakan, dirinya bertanggung jawab atas manifesto Konservatif, termasuk program pelayanan kesehatan untuk lansia yang menyebabkan blunder bagi Konservatif.
Namun, Timothy meyakini kekalahan Konservatif bukanlah karena kurangnya dukungan, melainkan karena dukungan tak terduga bagi Partai Buruh. (AP/AFP/REUTERS/MYR)