Krisis Qatar Belum Berdampak Langsung ke Perusahaan Dalam Negeri
Oleh
MEDIANA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kondisi ekonomi politik Qatar dipandang belum berdampak langsung kepada perusahaan lokal di Indonesia di mana investor Qatar memiliki porsi saham di dalamnya. Meski demikian, perusahaan lokal tetap harus mengantisipasi dampak situasi Qatar untuk jangka panjang.
Di Indonesia, misalnya, terdapat Indosat Ooredoo. Sekitar 65 persen saham operator telekomunikasi tersebut dimiliki Ooredoo Qatar. Kepala Ekonom PT Danareksa Sekuritas Kahlil Rowter, yang dihubungi Selasa (13/6), di Jakarta, mengatakan, pengaruh kondisi Qatar masih kecil ke Indosat Ooredoo. Hal ini karena pendapatan Indosat Ooredoo hanya menyumbang 7 persen ke negara teluk itu.
”S&P sudah menurunkan peringkat utang negara Qatar dari AA ke AA- dan menempatkan peringkat negara ini pada status Credit Watch dengan implikasi negatif. Kemungkinan Ooredoo juga terkena dampak. Utang ataupun obligasi Indosat Ooredoo tidak dijamin Ooredoo, tetapi secara tidak langsung apa pun kondisi pemegang saham mayoritas pasti berpengaruh,” ujarnya.
Kahlil mengemukakan, ada kemungkinan Ooredoo mendapat status Credit Watch dengan implikasi negatif. Namun, S&P belum downgrade peringkat Ooredoo.
”Dukungan pemegang saham penting untuk menunjang kinerja Indosat Ooredoo sekarang,” ujarnya.
Analis pasar modal dari PT Bahana Sekuritas, Leonardo Henry Gavasa, mengungkapkan hal senada. Selama ini, Ooredoo hanya menyuplai dana ke Indosat Ooredoo. Untuk urusan pendapatan, Indosat Ooredoo melakukannya sendiri.
Lebih jauh, dia berpandangan bahwa Indosat Ooredoo belum membutuhkan right issues dari pemegang saham mayoritasnya meskipun saat ini Indosat Ooredoo tengah membutuhkan dana besar untuk merealisasikan rencana ekspansi layanan seluler.
Sebelumnya, Presiden Direktur dan CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli di sela-sela acara buka bersama media, Senin (12/6) malam, di Jakarta, menegaskan, pihaknya tidak akan fokus terjun ke bisnis digital. Komitmen tersebut ditandai dengan penghentian Cipika, laman pemasaran yang didirikan tiga tahun lalu. Kemudian, operasional Dompetku akan diserahkan kepada mitra. Sejauh ini, baru Paypro yang menjadi mitra dalam pengoperasian.
”Kami ingin fokus membesarkan bisnis layanan telekomunikasi seluler bukan digital. Kalau dampak Qatar, kami rasa belum ada. Mereka hanya menjadi pemegang saham mayoritas dan kami malah yang menyumbang pendapatan ke sana,” kata Alexander.
Pada 27 April, Indosat Ooredoo membuka penawaran umum obligasi berkelanjutan II dan sukuk ijarah berkelanjutan II. Penawaran ini masih berada di tahap I. Penawaran keduanya menggunakan mata uang rupiah dengan total emisi sebanyak-banyaknya Rp 3 triliun.
Dia menambahkan, penerbitan obligasi dan sukuk ijarah bertujuan memenuhi kebutuhan pendanaan. Tujuan lainnya adalah memperbaiki struktur permodalan dan profil utang.