Mediasi Krisis Qatar, Presiden Jokowi Komunikasi dengan UEA
Oleh
Anita Yossihara
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah berkomunikasi dengan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, Presiden Joko Widodo juga menjalin komunikasi dengan Putra Mahkota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Presiden ingin mengetahui duduk persoalan yang menyebabkan ketegangan di kawasan Teluk dari dua kubu yang bertikai.
”Sampai saat ini saya sudah bertelepon ke Presiden Turki Erdogan (Recep Tayyip Erdogan), sudah bicara banyak. Saya juga telepon ke Emir Qatar Sheikh Tamim, bicara banyak juga. Kemudian kemarin malam, saya telepon lagi ke Sheikh Mohammed dari Uni Emirat Arab, juga bicara banyak,” kata Presiden Jokowi di sela-sela pembagian paket bahan pangan di Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (13/6) pagi.
Saya juga telepon ke Emir Qatar Sheikh Tamim, bicara banyak juga.
Presiden menjelaskan, komunikasi dengan pemimpin sejumlah negara di Timur Tengah dilakukan untuk mengetahui dasar persoalan yang menyebabkan terjadinya ketegangan di kawasan Teluk. Informasi tidak hanya dikumpulkan dari satu pihak, tetapi dua pihak yang bersengketa. Sebab, dengan begitu Presiden bisa menentukan posisi serta peran yang akan diambil Indonesia dalam sengketa Qatar-Arab Saudi.
Seperti diketahui, sengketa antara Qatar dan Arab Saudi membuat negara-negara di kawasan Teluk terpecah. Sebagian mendukung Qatar, sebagian lainnya mendukung Arab Saudi. Sampai saat ini setidaknya Qatar mendapat dukungan dari Turki dan Iran, sementara Arab Saudi didukung Mesir, Bahrain, Libya, dan Uni Emirat Arab.
Saya ingin mendapat masukan-masukan terlebih dahulu sehingga nanti bisa memutuskan di sebelah mana kita akan berperan.
Kendati sudah banyak dorongan agar Indonesia mengambil peran sebagai mediator, sampai saat ini pemerintah belum mengambil sikap. ”Sementara ini saya ingin mendapat masukan-masukan terlebih dahulu sehingga nanti bisa memutuskan di sebelah mana kita akan berperan,” kata Jokowi.