JOMBANG, KOMPAS —Ribuan santri yang menuntut ilmu pada pondok-pondok pesantren di Jombang, Jawa Timur, sudah berangsur mudik sejak Senin (12/6) hingga Jumat (16/6). Mereka terutama kelompok santri yang berasal dari kota-kota di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, menaiki kereta api ekonomi Gaya Baru Malam Selatan.
Kepala Stasiun Jombang Sutrisno mengatakan, kepulangan para santri secara bergelombang dimulai dari saat jadwal libur pelajaran, merupakan tradisi setiap tahun menjelang Lebaran.
”Kami sudah antisipasi. Tidak ada layanan istimewa karena semua penumpang berstatus santri ini sudah memesan tiket jauh hari. Semua sejauh ini tertib dan lancar. Mereka akan turun di stasiun kota-kota Jawa Tengah hingga Jawa Barat, sampai kereta tiba di Jakarta, yaitu santri yang berasal dari Jabodetabek. Stasiun terakhir yang akan disinggahi santri adalah Stasiun Pasar Senen, Jakarta,” katanya.
Tercatat pada hari Senin (12/6) sebanyak 400 orang, pada hari Selasa (13/6) sebanyak 734 orang, dan pada hari Rabu (14/6) sebanyak 426 orang. Para santri tersebut belajar di pondok-pondok pesantren besar yang dikenal menerima santri dari seluruh Indonesia, yakni Pondok Pesantren Tebu Ireng; Pondok Pesantren Darul UIul, Rejoso; Mamba’ul Maarif, Denanyar; Madrasatul Qur’an Tebu Ireng; juga yang berstatus mahasiswa di perguruan tinggi di lingkungan pondok pesantren.
Liburan santri sudah dimulai sejak Senin (12/6) dan akan berakhir berbeda-beda antarkampus dan pondok pesantren, sekitar 15 Juli, atau sekitar satu bulan. Orang- tua santri ada yang menjemput, tetapi yang berasal dari Jawa Barat dan Jabodetabek umumnya memilih naik kereta api untuk mudik dan bertemu keluarga dan orang- tua.
Status santri para penumpang KA di Jombang tampak terutama karena usianya muda dan berbagai gaya berpakaian yang mereka kenakan, seperti mengenakan songkok, baju koko, dan busana muslimah pada santriwati, serta sikap serba santun yang tampak.