Akhirnya Terungkap, Kucing Pertama Kali Dijinakkan di Timur Dekat dan Mesir 10.000 Tahun Lalu
Kucing sangat dekat dengan kehidupan kita. Para ahli mendapati, hewan yang lucu ini mulai dijinakkan oleh manusia sekitar 10.000 tahun lalu.
Oleh
Subur Tjahjono
·2 menit baca
Misteri oleh siapa dan kapan kucing pertama kali dijinakkan akhirnya terungkap. Penelitian DNA yang ditemukan di situs arkeologi mengungkapkan, asal-usul kucing domestik adalah di Timur Dekat dan Mesir Kuno. Kucing dijinakkan oleh petani pertama kali sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Mereka kemudian menyebar di seluruh Eropa dan bagian lain dari dunia melalui pusat perdagangan Mesir. Analisis DNA juga mengungkapkan, bulu kucing kuno berpola garis-garis. Bulu kucing berpola bercak seperti sekarang sangat jarang sampai Abad Pertengahan. Kabar tentang temuan baru ini diumumkan dalam jurnal Nature Ecology & Evolutionyang dipublikasikan juga dalam sciencedaily.com edisi 19 Juni 2017.
Lima subspesies kucing liar Felis silvestris sudah diketahui saat ini. Semua kerangka kucing liar terlihat persis sama dan tidak dapat dibedakan dari kucing domestik kita. Akibatnya, tidak mungkin melihat dengan mata telanjang subspesies mana yang dijinakkan pada masa silam.
Ahli paleogenetik Claudio Ottoni dan rekan-rekannya dari Universitas Leuven dan Institut Ilmu Pengetahuan Alam Belgia mencari jawaban pertanyaan ini dalam kode genetik. Mereka menggunakan DNA dari tulang, gigi, kulit, dan rambut dari 200 kucing yang ditemukan di situs arkeologi di Timur Dekat, Afrika, dan Eropa.
Timur Dekat saat ini meliputi negara Israel, Palestina, Lebanon, Suriah, Jordania, Turki, Irak, dan Iran. Bangkai kucing-kucing sampel ini berusia 100 tahun sampai 9.000 tahun.
Analisis DNA menunjukkan bahwa semua kucing peliharaan adalah keturunan kucing liar Afrika atau Felis silvestris lybica, subspesies kucing liar yang ditemukan di Afrika Utara dan Timur Dekat. Kucing tersebut dijinakkan sekitar 10.000 tahun yang lalu oleh petani pertama di Timur Dekat. Permukiman pertanian pertama mungkin menarik kucing-kucing liar tersebut karena lahan pertanian penuh dengan hewan pengerat.
Para petani menyambut kucing-kucing liar itu untuk mengusir serangan hama hewan pengerat, seperti tikus. Seiring waktu, manusia dan hewan semakin dekat, dan seleksi berdasarkan perilaku akhirnya menyebabkan domestikasi kucing liar.
Saat berpindah, petani migran tersebut membawa kucing peliharaan itu bersama mereka. Pada tahap selanjutnya, kucing juga menyebar ke seluruh Eropa dan tempat lain melalui pusat perdagangan Mesir.
Digunakan untuk melawan hama, kucing-kucing tersebut melakukan perjalanan dengan kapal Mesir ke sebagian besar Asia Barat Daya, Afrika, dan Eropa. Tulang kucing dengan tanda tangan orang Mesir bahkan ditemukan di situs Viking di dekat Laut Baltik.
Namun, menurut Claudio, masih belum jelas apakah kucing domestik Mesir adalah keturunan dari kucing yang diimpor dari Timur Dekat atau apakah domestikasi kedua terpisah dilakukan di Mesir. ”Penelitian lebih lanjut harus dilakukan,” katanya.
Para ilmuwan juga mampu menentukan pola mantel berdasarkan DNA tulang kucing tua dan mumi. Mereka menemukan bahwa kucing bergaris jauh lebih umum di zaman kuno. Ini juga diilustrasikan oleh mural Mesir: mereka selalu menggambarkan kucing bergaris. Pola bercak pada bulu kucing tidak menjadi umum sampai Abad Pertengahan.