logo Kompas.id
UtamaPajak di Bawah Target, Utang...
Iklan

Pajak di Bawah Target, Utang Bertambah

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Keuangan memproyeksikan penerimaan pajak sampai akhir tahun terdapat kekurangan sekitar Rp 50 triliun dari target, sementara belanja negara diperkirakan membengkak Rp 10 triliun. Dengan demikian, defisit melebar dari target.Darussalam dari Danny Darussalam Tax Center di Jakarta, Selasa (20/6), berpendapat, penerimaan pajak yang tidak tercapai tahun ini masih lebih baik ketimbang posisi tahun lalu. Jika penerimaan pajak kurang Rp 50 triliun dari target, pencapaiannya adalah 91,75 persen dari target. Capaian itu, menurut Darussalam, lebih baik ketimbang realisasi 2015 dan 2016, yakni 81-82 persen dari target. "Dengan kata lain, tahun ini jauh lebih kredibel," kata Darussalam.Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 menargetkan pendapatan negara senilai Rp 1.750,3 triliun. Sementara belanja dianggarkan Rp 2.080,5 triliun. Dengan demikian, defisitnya senilai Rp 330,2 triliun atau 2,41 persen dari produk domestik bruto (PDB). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada dialog dengan wartawan menjelang buka puasa bersama di Jakarta, Senin, memperkirakan defisit akan melebar menjadi 2,6 persen terhadap PDB. Artinya, defisit akan membengkak sekitar Rp 40 triliun dari rencana awal. Dari sisi pendapatan negara, realisasi penerimaan negara bukan pajak diperkirakan lebih tinggi ketimbang target karena realisasi harga minyak di atas asumsi. Akan tetapi, realisasi penerimaan pajak kurang Rp 50 triliun dari target alias lebih besar. Adapun dari sisi belanja negara, realisasi sampai dengan akhir tahun hampir pasti tidak akan mencapai 100 persen. Tahun lalu, misalnya, realisasinya 89,5 persen. Pada saat yang sama, ada tambahan belanja negara. Tambahan ini antara lain adalah anggaran untuk persiapan Asian Games 2018, program sertifikasi tanah, dan persiapan pemilihan umum daerah yang harus mulai dilaksanakan tahun ini. Dengan demikian, secara keseluruhan belanja negara akan membengkak Rp 10 triliun dari pagu."Saya belum bisa menyebutkan postur anggaran proyeksi secara pasti. Namun, kami mendeteksi pajak kurang Rp 50 triliun dari target. Dari sisi belanja, mungkin ada kenaikan sampai dengan Rp 10 triliun. Dengan demikian, defisit melebar Rp 37 triliun-Rp 40 triliun dari target," kata Sri Mulyani.Semua perhitungan terkini dan proyeksi dalam semester kedua, menurut Sri Mulyani, akan difinalisasi dalam Rancangan APBN Perubahan 2017. Sedianya RAPBN-P 2017 bisa dibahas sebelum DPR reses.Subsidi BBMSelama semester I-2017, Sri Mulyani menambahkan, realisasi subsidi solar lebih besar daripada pagu. Dalam APBN, subsidi dianggarkan Rp 500 per liter. Realisasinya secara rata-rata lebih besar daripada pagu. Bahkan subsidi terbesar pernah mencapai Rp 1.250 per liter.Dalam revisi APBN 2017, menurut Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani, kebijakan pemerintah tetap, yakni subsidi hanya untuk solar. Nilainya Rp 500 per liter. Dengan demikian, pembengkakan subsidi untuk sementara akan ditanggung Pertamina. "Bagaimana perhitungannya, nanti akan kami finalisasi dalam revisi APBN 2017," kata Askolani. (LAS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000