logo Kompas.id
UtamaMenjaga Pintu Gerbang di...
Iklan

Menjaga Pintu Gerbang di Perbatasan

Oleh
Muhammad Ikhsan Mahar
· 5 menit baca

Langit tampak mendung. Sersan Mayor Suharno menghampiri satu per satu penumpang perahu kayu yang merapat ke Dermaga Sei Jepun di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Rabu (21/6). Ia meminta para penumpang memperlihat- kan KTP. Anggota Bintara Pembina Desa (Babinsa) Komando Distrik Militer 0911/Nunukan itu secara cermat mengidentifikasi para penumpang yang datang dari Dermaga Binalawan, Kecamatan Sebatik Barat, Kalimantan Utara, itu. Terutama penumpang yang bukan warga sekitar Sei Jepun.Dia juga mengecek barang milik penumpang. Ia memeriksa nama, alamat, serta mencocokkan foto di KTP dengan wajah penumpang. Kegiatan Suharno yang sudah berlangsung sebulan itu merupakan realisasi dari instruksi Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) kepada semua komando kewilayahan di wilayah perbatasan untuk memperketat pengawasan sirkulasi masyarakat. Hal itu tidak lepas dari ancaman rembesan anggota milisi Maute asal Filipina selatan yang mulai keluar dari Kota Marawi, Mindanao, Filipina, yang berbaur dengan para pengungsi. Bahkan, Komando Pangkalan Utama TNI AL XIII Tarakan telah menetapkan siaga satu di Nunukan dan Sebatik. Dua pulau itu berbatasan dengan wilayah Tawau, Malaysia, dan berdekatan pula dengan Kepulauan Tawi-Tawi, Filipina. Dermaga Sei Jepun merupakan salah satu dermaga penyeberangan dari kota Kabupaten Nunukan menuju Pulau Sebatik yang masih berada di Nunukan. Dermaga itu menjadi daya tarik tersendiri karena menjadi satu-satunya dermaga yang menerima penyeberangan penumpang bersama sepeda motor. Perahu kayu berukuran 5 meter x 2 meter bisa menampung 15 orang dan 3 sepeda motor.Lalu lintas perahu kayu di kedua dermaga itu menjadi akses masyarakat Nunukan dan Sebatik untuk mendapat pasokan kebutuhan sehari-hari. Jarak tempuh Nunukan-Sebatik sekitar 15-20 menit. Pengetatan pengawasan kehadiran pendatang dari luar Nunukan juga dilakukan Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Tunon Taka. Pelabuhan itu merupakan akses masuk sejumlah kapal besar dari wilayah Indonesia timur hingga lintas negara dengan tujuan Tawau.Pada Selasa (20/6) malam, pukul 20.30, Kepala KSKP Tunon Taka Ajun Komisaris Ibrahim Eka Berlin memimpin pengamanan kedatangan KM Bukit Siguntang dari Tarakan. Setelah sekitar 300 penumpang turun di Pelabuhan Tunon Taka, sejumlah polisi secara acak memeriksa identitas penumpang.Tidak hanya itu, dua anggota KSKP Tunon Taka masing-masing membawa tiga lembar kertas yang tertera enam identitas paspor milik warga Indonesia yang telah ditetapkan daftar pencarian orang (DPO) karena bergabung dengan milisi Maute. Selain mencocokkan wajah penumpang dengan foto milisi Maute itu, anggota KSKP Tunon Taka juga memberikan sosialisasi kepada para penumpang kapal untuk melaporkan kepada aparat keamanan apabila melihat keenam DPO itu. Tim gabungan TNI-Polri juga meningkatkan komunikasi dengan belasan agen tenaga kerja Indonesia di wilayah Nunukan untuk mengantisipasi penyamaran teroris dari Filipina. "Setiap informasi sekecil apa pun terkait enam DPO itu akan kami tindak lanjuti," kata Berlin. Penyebaran identitas DPO milisi Maute asal Indonesia juga dilaksanakan di pos perbatasan yang berada di 17 patok perbatasan Indonesia-Malaysia di Sebatik. Setiap petugas Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) 611/Awang Long juga dibekali selembaran yang menampilkan halaman paspor enam DPO itu.Komandan Pangkalan TNI AL (Lanal) Nunukan Letnan Kolonel Laut (P) Ari Aryono menambahkan, pihaknya juga melakukan sosialisasi bela negara dan kontra radikalisme kepada nelayan di wilayah perairan tikus Sebatik, tepatnya di Sei Taiwan dan Sei Nyamuk. Razia identitas juga kerap dilakukan di Pulau Sebatik.Sumarno (55), warga Nunukan, menyambut baik operasi keamanan yang dilakukan TNI- Polri. Menurut dia, kehadiran aparat keamanan di tengah masyarakat dapat mengurangi kekhawatiran warga terkait ancaman teroris Negara Islam di Irak dan Suriah dari Filipina. KeterbatasanPeningkatan pengamanan di Nunukan dan Sebatik memang beralasan. Sebab, 11 warga Indonesia, di antaranya enam DPO itu, terindikasi menuju Marawi menggunakan KM Labuan Ekspress Lima pada 15 November 2016. Mereka berangkat dari Nunukan menuju Tawau, lalu menyeberang ke wilayah Filipina.Lalu, apakah upaya pengetatan pengamanan di kedua pulau itu sudah cukup ketat? Suharno, misalnya, seorang diri berjaga di Dermaga Sei Jepun sehingga ia perlu mengatur waktu untuk melaksanakan tugas lainnya. Ia berada di dermaga selama tiga sampai lima jam per hari, khususnya pada pagi dan sore. Siang hari, ia melakukan tugas lain untuk program ketahanan pangan TNI. "Karena ada informasi antisipasi teroris dari Filipina, saya harus membagi waktu untuk berjaga di dermaga dan menyukseskan program ketahanan pangan," kata Suharno.Keterbatasan personel menjadi masalah di wilayah tersebut. Ketika Kompas tiba di Dermaga Binalawan di Sebatik Barat setelah menempuh perjalanan dari Dermaga Sei Jepun, Rabu siang, tidak ada satu pun petugas keamanan yang berjaga. Hanya belasan warga yang menunggu kedatangan perahu untuk menjadi kuli pengangkat sepeda motor dan barang bawaan penumpang. Majiz (60), nelayan dan pemilik perahu kayu di Bambangan, mengatakan, pengamanan lebih sering dilakukan pada pagi dan sore hari. Selebihnya, dermaga tradisional itu dipenuhi kuli dan nelayan yang menawarkan jasa penyeberangan.Menurut seorang petugas intelijen Lanal Nunukan, keterbatasan jumlah anggota menjadi kendala utama untuk melakukan pengamanan rutin selama 24 jam. Atas dasar itu, Ari memaparkan, pihaknya mengedepankan komunikasi dengan masyarakat dan petugas instansi terkait untuk menghimpun informasi di perbatasan.Pengamanan di pintu gerbang tanah garuda semestinya mendapat perhatian lebih serius mengingat ancaman rembesan teroris dari Filipina tampak di depan mata.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000