Virus Chikungunya Dapat Diidentifikasi di Tubuh Nyamuk
Oleh
Subur Tjahjono
·3 menit baca
Walaupun lebih dari 13.000 kasus penyakit virus Chikungunya dilaporkan terjadi di Brasil pada tahun 2015, ilmuwan belum pernah mendeteksi virus tersebut dalam nyamuk yang tertangkap di negara ini. Sekarang, periset telah mengidentifikasi seekor nyamuk yang tertangkap di kota Aracaju, Brasil, yang secara alami terinfeksi virus Chikungunya genotipe Timur-Tengah-Afrika Selatan.
Chikungunya, yang sering menyebabkan demam dan nyeri sendi mewabah di Afrika dan Asia, dan dilaporkan pertama kali di Brasil pada tahun 2014. Situs sains sciencedaily.com edisi Kamis (22/6) melaporkan, periset telah mengidentifikasi tiga genotipe virus Chikungunya, yaitu ECSA, Afrika Barat, dan Asia.
Genotipe ECSA telah dilaporkan pada pasien di Brasil. Semua provinsi di Brasil dipenuhi dengan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang keduanya telah terbukti menjadi vektor virus Chikungunya di laboratorium.
Dalam riset terbarunya tersebut, Margareth Capurro, dari Universitas Sao Paulo, Brasil, dan rekan-rekannya mengumpulkan 248 nyamuk dari dalam dan luar rumah di daerah perkotaan di Aracaju, tempat penduduk mengeluhkan gejala yang sesuai dengan gejala chikungunya. Mereka kemudian menguji nyamuk untuk melihat adanya virus chikungunya, virus dengue, dan virus zika.
Empat jenis nyamuk ditangkap. Nyamuk Culex quinquefasciatus paling umum ditemukan (78,2 persen) dan Aedes aegypti sebanyak 20,2 persen. Satu nyamuk betina Aedes aegypti diidentifikasi membawa virus chikungunya. Ketika genom diurutkan, genotipe ECSA ditemukan. Tidak ada nyamuk pembawa demam berdarah dengue atau zika yang diidentifikasi dalam penelitian ini.
”Pengawasan nyamuk Aedes harus diperluas untuk mencegah wabah chikungunya baru di Brasil karena negara ini punya kondisi yang memadai untuk pembentukan situasi endemik, yang juga dapat menular ke negara-negara lain yang berisiko,” tulis Margareth dalam jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases, yang dikutip sciencedaily.com.
Penyakit chikungunya juga sudah ada di Indonesia. Salah satu kejadian yang dilaporkan harian Kompas, 11 April 2014, adalah kejadian di Banyuwangi, Jawa Timur. Waktu itu Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi menetapkan kejadian luar biasa setelah 67 warga di RT 001, Desa Tanjung Solong, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, terkena chikungunya.
Dengan penetapan kejadian luar biasa, penyemprotan dan pemeriksaan intensif segera dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih luas lagi penyakit tersebut. Serangan chikungunya melanda RT 001, Desa Tanjung Solong, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Awalnya, hanya beberapa warga yang datang ke puskesmas karena demam dan nyeri sendi. Namun, lama-kelamaan jumlah warga yang berobat dengan keluhan yang sama semakin bertambah banyak.
Menurut laporan Kementerian Kesehatan yang dikutip dalam lamannya, chikungunya pernah terjadi pada tiga kelurahan di Kota Depok, Jawa Barat. Di Kelurahan Tanah Baru, chikungunya terjadi sejak November 2011 sampai dengan minggu pertama tahun 2012.
Penderita sebagian besar perempuan (56,5 persen) dan diderita paling banyak pada kelompok umur di atas 31-40 tahun (42 kasus), kelompok umur 10-20 tahun (37 kasus), dan 21-30 tahun (37 kasus). Kondisi lingkungan rumah dan di dalam rumah berpotensi menjadi penular chikungunya, di mana angka bebas jentik hanya sekitar 50 persen.