Waspadai Cuaca Ekstrem
JAKARTA, KOMPAS — Cuaca ekstrem berpotensi terjadi di sejumlah wilayah perairan Indonesia dalam satu atau dua hari ke depan. Hujan lebat disertai petir, angin kencang, dan gelombang tinggi berpotensi melanda perairan Selat Sunda yang merupakan jalur penyeberangan Merak-Bakauheni.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Lutfi Fitriano, di Jakarta, Senin (26/6), mengatakan, tinggi gelombang di Selat Sunda mencapai 0,5 meter hingga 1 meter. Namun, di perairan itu berpotensi terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Gelombang dengan ketinggian mulai dari 2,5 meter hingga 4 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia, barat Aceh, perairan barat kepulauan Simeulue sampai kepulauan Mentawai, perairan Bengkulu, perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, perairan Selatan Jawa, perairan selatan Bali dan Nusa Tenggara Barat.
"Kepada pengguna dan operator jasa transportasi laut, nelayan, dan masyarakat di pesisir perairan itu, kami imbau untuk mewaspadai gelombang laut tinggi," katanya.
Menurut Lutfi, hasil analisis dinamika atmosfer menunjukkan pola tekanan rendah di sekitar Selat Karimata sebelah utara Banten menyebabkan terjadinya pola pumpunan atau kumpulan angin di wilayah Jawa Barat bagian utara. Hal itu mengakibatkan kondisi udara menjadi tidak stabil sehingga memunculkan potensi hujan ringan hingga sedang di wilayah Banten, Jabodetabek, dan Jawa Barat.
"Kondisi itu didukung oleh besarnya pengaruh lokal dan tingginya pemanasan pada akhir Juni sehingga memicu peningkatkan intensitas thunderstorm yang memungkinkan terjadi petir dan angin kencang," ujarnya.
Di Cilegon, Banten, cuaca buruk menyebabkan Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Port Link III menyenggol Dermaga 3 Pelabuhan Merak, kemarin.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, tetapi kerusakan terjadi pada haluan Port Link III dan penahan kapal yang berada di Dermaga 3.
Kepala Otoritas Pelabuhan Penyeberangan (OPP) Merak Harno Trimadi mengatakan, kencangnya arus laut dan angin ke arah darat menyebabkan KMP Port Link III menyenggol Dermaga 3. Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 12.00.
"Di Dermaga 3 terdapat 10 fender (penahan kapal). Ada tiga fender yang rusak karena peristiwa itu, yakni nomor 8, 9, dan 10," katanya.
"Dermaga 3 masih aman dengan jumlah fender yang dapat digunakan. Sementara mobil dan sepeda motor yang berada di dalam Port Link III juga tidak ada yang rusak," ujarnya.
"Sebagai antisipasi agar dampak cuaca buruk tak terjadi lagi ke depan, semua kepala cabang perusahaan pelayaran di Pelabuhan Merak dikumpulkan. Mereka diminta lebih berhati-hati, terutama saat nakhoda menyandarkan kapalnya," kata Harno.
Pegawai Humas PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak, Mario Sardadi Utomo, mengatakan, pihaknya belum bisa berkomentar banyak mengenai peristiwa di Dermaga 3 Pelabuhan Merak.
"Kami sedang menunggu hasil pemeriksaan terhadap KMP Port Link III. Kapal itu memang milik PT ASDP Indonesia Ferry (Persero)," kata Mario.
Kemacetan
Lalu lintas darat, setelah sempat menurun pada satu hari jelang Lebaran, arus lalu lintas di Jalan Tol Jakarta Cikampek kembali meningkat. Kemacetan terjadi mulai Minggu (25/6) siang dan baru berkurang pada Senin malam.
Berdasarkan penelusuran Kompas pada Senin, kemacetan terjadi sejak Kilometer 4. Mobil merayap dengan kecepatan maksimal 20 km per jam dan sering tersendat.
Antrean kendaraan untuk masuk ke area istirahat Km 19 dan Km 39 menjadi penyebab kemacetan panjang itu.
"Saya berangkat dari Jakarta dan perlu lima jam untuk tiba di Km 36. Padahal, biasanya hanya satu jam," kata Andi, yang ingin bersilaturahim ke Bandung.
Selain menuju Bandung, beberapa pengguna kendaraan adalah pemudik ke Jawa Tengah yang ingin menghindari puncak kemacetan sebelum Lebaran.
"Saya berpikir awalnya hari ini arus lalu lintas akan lengang. Namun, ternyata tidak demikian. Malah macet," kata Suparno
Kemacetan berkurang pada Km 50 sampai Km 61 karena polisi memberlakukan sistem melawan arus atau contraflow.
Jumlah kendaraan yang melintasi gerbang Jalan Tol Cikarang Utama dari Minggu sampai Senin mencapai 66.929. Jumlah tersebut paling banyak melintas pada sore sampai malam hari.
Untuk mengatasi kemacetan, Jasa Marga dan kepolisian melakukan tiga kali rekayasa lalu lintas, melalui contraflow. Contra flow dilakukan dari Km 32 sampai Km 41, dari gerbang Jalan Tol Cikarang Utama Km 39 sampai Km 41, dan dari Km 50 hingga Km 61.
Di Jalan Tol Brebes Timur, arus lalu lintas padat, tetapi tidak macet. Dibukanya jalan tol darurat Brebes-Gringsing membantu kelancaran lalu lintas.
Kemacetan terjadi di persimpangan Nagreg, Kabupaten Bandung, hingga ke Pasar Limbangan, Kabupaten Garut, sejauh 25 km. Penyempitan jalan, antrean di stasiun pengisian bahan bakar untuk umum, dan sepeda motor yang berhenti di pinggir jalan memicu kemacetan panjang.
"Jika terjadi kemacetan jalan, kami menerapkan sistem satu jalur. Jika jalur menuju ke Tasikmalaya macet, akan dialihkan ke Garut atau sebaliknya," kata Ajun Komisaris Chevy, Kepala Unit Lalu Lintas Polsek Nagrek.
Pengamat transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno, mengatakan, pada arus mudik Lebaran 2017 terjadi perubahan pola pergerakan. Pemudik mulai mengatur jadwal keberangkatan mereka, sejak tujuh hari sebelum Lebaran sampai hari kedua Lebaran.
Perubahan pola itu membuat puncak kemacetan tidak terlalu parah dan tidak lama, hanya dua hari pada Kamis dan Jumat (22-23/6).
"Masyarakat mungkin trauma dengan insiden di Jalan Tol Brebes Timur pada 2016 sehingga berangkat menjauhi puncak kemacetan. Dampaknya bagus karena kemacetan dapat dikendalikan," kata Djoko.
(JUM/ECA/ESA/RAM/NSA/BAY)