Presiden Amerika Serikat (ke-44) Barack Obama telah menginjakkan kaki di Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (28/6/2017) untuk berlibur. Salah satu destinasi wisata yang akan dikunjungi oleh Presiden Obama adalah Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Berikut ini, kembali ditampilkan salah satu artikel terkait Candi Borobudur di Kompas, 5 April 2014. (RYO)
SAAT paling indah berkunjung ke Candi Borobudur, Jawa Tengah, adalah sebelum matahari terbit. Candi megah itu masih gelap, tertutup kabut yang turun dini hari, juga tidak terlalu banyak wisatawan yang berkunjung.
Sekitar pukul 04.30, resepsionis di Hotel Manohara sudah siap menyambut tamu yang hendak menyongsong matahari terbit di Candi Borobudur. Hotel di kaki Borobudur ini merupakan hotel terdekat. Hotel ini juga menjadi satu-satunya pintu masuk ke candi sebelum pukul 06.00.
Walaupun tidak menginap di hotel ini, kita dapat memasuki kawasan candi. Tarif menginap termurah di Manohara sebesar Rp 950.000 per malam, termasuk makan pagi. Tiket itu juga termasuk bolak-balik sesuka hati ke Candi Borobudur pada jam buka normal, pukul 06.00 hingga 17.00. Selain Manohara, masih ada beberapa hotel di seputar Borobudur, seperti Amanjiwo yang bertarif mulai dari 850 dollar AS per malam atau Rumah Boedi dengan tarif mulai dari Rp 500.000 per malam.
Biaya masuknya berbeda dengan jam kunjung biasa. Untuk tamu asing dikutip biaya Rp 380.000 jika tidak menginap di Hotel Manohara. Sementara untuk tamu lokal dari luar hotel hanya dikutip biaya Rp 250.000. Jika menginap di Hotel Manohara, biaya yang dikenai agak murah, Rp 230.000 per orang, baik untuk wisatawan asing maupun lokal.
Masih saja, harga tiket masuk lebih mahal ketimbang jam kunjungan biasa. Pada jam kunjungan tersebut, tamu asing dikenai biaya Rp 200.000 dan tamu lokal Rp 30.000. Walaupun membayar lebih mahal, sepadanlah dengan keindahan yang ditawarkan oleh Borobudur di pagi hari. Biaya tersebut belum termasuk biaya pemandu wisata Rp 100.000 per orang per jam.
Setelah membayar tiket masuk, pengunjung juga diberikan sarung pendek yang diikatkan di pinggang. Selain sarung, kita juga dibekali dengan senter.
Udara segar
Hari masih gelap ketika itu. Untungnya cuaca cerah. Angin dingin semilir bertiup di awal hari akhir Maret lalu.
Perjalanan dari Hotel Manohara ke kaki Borobudur hanya sekitar 2 menit. Dari lobi, kita melewati taman luas dan harum. Terus keluar menuju pelataran candi. Di pintu masuk telah menunggu beberapa penjaga lengkap dengan polisi wisata.
Senter sangat berguna karena tidak ada penerangan sama sekali di candi, kecuali dari sinar rembulan. Langkah kaki harus berhati-hati menapaki anak tangga. Di tengah kegelapan ternyata sudah ada sekitar 20 pengunjung di puncak Borobudur. Sebagian besar adalah wisatawan asing, mulai dari bayi berusia 6 bulan dari California, Amerika Serikat, hingga kakek berusia 60 tahun dari Jepang. Pengunjung terus bertambah walaupun tidak seramai di siang hari. Semua sibuk mengabadikan saat-saat indah di pagi hari itu.
Udara segar memasuki rongga dada. Matahari belum menampakkan diri. Kabut masih menyelimuti bukit Menoreh. Kejayaan kerajaan Buddha di masa lalu itu terlihat dalam siluet. Hanya terlihat Gunung Merapi dan Merbabu dari kejauhan, juga lampu-lampu di dusun-dusun sekitar Borobudur. Tidak banyak suara, hanya kadang terdengar kokok ayam. Pandangan semua orang mengarah ke Gunung Merapi.
Perlahan, semburat jingga muncul dari balik gunung. Matahari telah menampakkan dirinya. Semua lensa kamera mengarah ke arah sang surya. Cahayanya seolah melewati bahu arca Sang Buddha. Perlahan sinar jingga itu menyapu dinding-dinding candi. Beberapa pemandu wisata mulai bercerita tentang candi kepada wisatawan yang mendengarkan dengan saksama.
Relief
Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 07.30. Sinar matahari semakin keras menyorot. Pengunjung juga semakin banyak. Pada saat menuruni candi, relief-relief tentang Karma dapat dinikmati karena hari sudah terang. Relief ini sebenarnya harus dibaca dari bagian bawah candi, searah dengan jarum jam atau pradaksina dalam istilah arkeologi.
Di pelataran bawah candi, ada beberapa orang yang sedang berolahraga tai chi. Seorang biksu ditemani dengan beberapa orang melakukan gerakan-gerakan lamban, tetapi mengeluarkan tenaga. Keringat bercucuran dari wajah biksu tersebut.
Selain senter, fasilitas lain yang diberikan kepada peserta tur pagi hari adalah sajian teh dan kopi. Dengan menukar kupon di coffee shop Manohara, secangkir kopi atau teh disediakan untuk menghilangkan dahaga, di akhir perburuan menunggu mentari di Borobudur.