logo Kompas.id
Utama"Die Mannschaft" Menjemput...
Iklan

"Die Mannschaft" Menjemput Piala Dunia

Oleh
· 4 menit baca

ST PETERSBURG, SENINKeberhasilan tim muda Jerman menjuarai Piala Konfederasi Rusia 2017 seusai mengalahkan Cile, 1-0, Senin (3/7) dini hari WIB, menjadi batu loncatan menuju Piala Dunia tahun depan. Jerman kini memiliki stok talenta melimpah, hal penting guna mempertahankan gelar juara dunia.Berkat raihan trofi Piala Konfederasi untuk kali pertama dalam sejarah, Jerman pun kembali menjadi tim nomor satu dunia di peringkat FIFA. Mereka menyalip Brasil dan Argentina. Terakhir kali mereka bercokol di puncak dunia setelah memenangi Piala Dunia Brasil 2014.Capaian besar itu terasa sempurna setelah tim yang lebih muda, Jerman U-21, menjuarai Piala Eropa U-21 di Polandia, Sabtu (1/7). Untuk kali pertama, dua tim muda Jerman merajai sekaligus dunia dan Eropa. Tak ayal, gairah dan optimisme kian meliputi sepak bola Jerman. Legenda sekaligus Manajer Timnas Jerman Oliver Bierhoff mengatakan, Jerman kini memiliki stok pemain bertalenta yang melimpah. Ini nyaris sulit dibayangkan saat mereka terpuruk di Eropa dan dunia di era 2000-an akibat menuanya "der Panzer".Prestasi gemilang tim muda di Rusia dan Polandia menciptakan iklim persaingan sehat di tubuh tim Jerman jelang Piala Dunia di Rusia. Pelatih Jerman Joachim Loew kini memiliki tidak kurang 50 pemain top, termasuk barisan senior yang "belum habis", seperti Toni Kroos dan Manuel Neuer. Jadi, bisa dibayangkan betapa berkualitasnya tim Panser di Rusia 2018 jika setiap pemain Jerman-baik yang menang di Piala Dunia 2014, Piala Konfederasi 2017, maupun Piala Eropa U-21-saling berlomba menembus skuad inti Jerman."Jerman kini punya segudang pemain hebat yang ingin menjadi bagian dari skuad Piala Dunia di Rusia. Pelatih (Loew) jadi punya banyak pilihan pemain," ujar Julian Draxler, kapten Jerman di Piala Konfederasi Rusia, dikutip dari ESPN.Melawan zona nyamanLoew, pelatih visioner yang mengasuh tim senior Jerman sejak 2006, sengaja membawa barisan pemain minim pengalaman di Piala Konfederasi 2017. Selain menyapih pemain muda, ia juga ingin mengusik kenyamanan barisan bintang Die Mannschaft, seperti Neuer dan Kroos. Bukan rahasia jika "zona nyaman" adalah musuh terbesar dari cabang olahraga prestasi ini. Popularitas tinggi dan koleksi trofi kerap membuat mereka terlena, kehilangan tekad dan ambisi untuk mengejar trofi lainnya. Itulah yang terjadi dengan tim Spanyol. Setelah sempat merajai dunia dan Eropa dari 2008 hingga 2012, "La Furia Roja" gagal total di Piala Dunia 2014. Mereka kandas di penyisihan grup, aib yang juga menimpa juara dunia 2006, Italia, di Piala Dunia berikutnya. Sebagai pelatih visioner, Loew ingin memastikan Jerman tidak mengulang nasib kedua juara dunia bertahan itu. Untuk itulah, ia terus memperkuat tim dengan mempromosikan tenaga muda. Tidak hanya itu, Loew bahkan terus memperkaya taktik. Ia kini rutin memainkan pola baru, yaitu 3-4-2-1, di Rusia. Taktik itu adalah evolusi dari pakem klasik 4-4-2 yang biasa ia mainkan.Pola 3-4-2-1 itu terbukti jitu di Rusia. Para pemain muda, yang mudah dibentuk, cepat beradaptasi dengan taktik baru itu di Piala Konfederasi 2017. Tidak heran, Jerman menjadi tim paling fleksibel di Rusia. Mereka bisa menjadi sangat garang, seperti ketika mencukur Meksiko 4-1 di semifinal. Namun, ketika harus menghadapi tim lebih kuat dan agresif, seperti Cile, mereka berubah jadi tim ultradefensif. Terlepas dari belianya pemain Jerman di Rusia, mereka matang secara mental dan psikologis.Mereka tampil sangat disiplin, ciri khas dari karakter warga Jerman, dan tidak terpancing lawan. Ibarat matador, mereka mengawasi lawan dengan tenang serta menikam tanpa ampun saat "si banteng" lengah. Itulah yang terjadi ketika Jerman mencuri gol akibat kesalahan gelandang jangkar Cile, Marcelo Diaz.Media Jerman, Deutsche Welle (DW), menulis, istilah tim B yang disematkan untuk tim Jerman di Rusia adalah "tipuan". Terlepas dari usia pemain yang rata-rata di bawah 23 tahun, pemain utama Jerman di final adalah andalan di klub masing-masing. Sebelas pemain inti di laga itu mengumpulkan lebih dari 2.000 laga di kompetisi top Eropa, khususnya Bundesliga Jerman. Striker Timo Werner, misalnya, jadi tulang punggung RB Leipzig. Ia mengemas 21 gol musim lalu. "Jerman tidak pernah mencetak tim B. Jerman selalu berupaya mencetak juara," tulis DW. (JON)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000