Katak Hari Ini merupakan Keturunan Katak yang Selamat dari Kepunahan Massal Dinosaurus
Oleh
Subur Tjahjono
·3 menit baca
Penelitian terbaru dari ilmuwan Amerika Serikat dan China menunjukkan bahwa katak telah selamat dari kepunahan massal dinosaurus akibat komet dan asteorid 66 juta tahun silam. Namun, saat ini, ribuan spesies katak di dunia terancam punah karena habitat mereka terancam.
Studi oleh para ahli biologi China dan Amerika Serikat yang dipublikasikan dalam sciencedaily.com edisi Senin (3/7) menunjukkan, seandainya malapetaka tersebut menyapu bersih kehidupan di Bumi 66 juta tahun yang lalu, 88 persen spesies katak hari ini tidak akan ada. Sembilan dari 10 spesies katak saat ini merupakan keturunan dari hanya tiga garis keturunan yang bertahan dari kepunahan massal.
Hasil peneltian, yang akan diterbitkan minggu ini dalam Prosiding National Academy Journal of Science, adalah kejutan, karena penelitian sebelumnya menunjukkan evolusi katak dimulai dari garis keturunan katak sekitar 35 juta tahun silam, di tengah-tengah era Mesozoic.
Analisis terbaru dari 95 gen dari katak dalam 44 dari 55 keluarga katak hidup menunjukkan bahwa ketiga garis keturunan ini mulai lepas landas tepat pada batas antara periode Kapur dan Paleogen—yang diistilahkan sebagai batas K-Pg, yang sebelumnya disebut batas KT—ketika kepunahan massal terakhir terjadi dan tidak 100 juta tahun yang lalu.
Analisis baru ini berdasarkan data yang dikumpulkan terutama oleh mahasiswa pascasarjana Yan-Jie Feng di Universitas Sun Yat-Sen di Guangzhou, China. Ia berfokus pada pengurutan 95 gen yang terletak pada kromosom di nukleus dan bagaimana perubahannya dari waktu ke waktu.
Dia dan rekan-rekannya mengumpulkan data genetik dari 156 spesies katak dan menggabungkannya dengan informasi sebelumnya dari 145 katak berbeda, dengan total 301 jenis katak yang berbeda dari semua 55 keluarga katak. Data tersebut dikalibrasi dengan menggunakan 20 tanggal yang berasal dari fosil dan peristiwa sejarah Bumi.
Menurut herpetolog dan peneliti David Wake, seorang profesor pascasarjana Universitas California, Berkeley, Amerika Serikat, spesies katak baru kemungkinan menyebar dengan cepat ke seluruh dunia karena begitu banyak relung lingkungan tersedia setelah hewan-hewan dinosaurus yang menempati lingkungan itu menghilang. ”Ketika tumbuh-tumbuhan kembali (hidup setelah kepunahan massal dinosaurus), tanaman angiospermae mendominasi. Saat itulah pohon berevolusi hingga berbunga penuh. Katak mulai menjadi arboreal (hidup di pepohonan),” kata Wake.
Pohon menjadi habitat ideal untuk katak bukan hanya karena dapat membantu mereka meloloskan diri dari pemangsa di darat, melainkan juga karena daun yang gugur memberi perlindungan sementara pada katak saat berada di tanah. Pohon juga merupakan tempat berkembang biak habitat dan banyak makanan, seperti serangga. Pohon dan tanaman berbunga lainnya lepas landas hidup di akhir era Kapur, dan siap untuk dieksploitasi oleh katak setelah mereka pulih dari kepunahan massal dinosaurus.
Adaptasi lain dari katak saat evolusi adalah perkembangbiakan langsung, yaitu menghasilkan katak muda tanpa tahap kecebong, yang merupakan perkembangbiakan standar untuk sekitar setengah dari semua spesies katak saat ini. ”Mayoritas katak yang ada sekarang berkembang pesat karena perkembangan langsung dari telur,” kata Wake.
Namun, katak hari ini menghadapi masalah kepunahan. Sebanyak 6.700 spesies yang diketahui serta banyak spesies hewan dan tumbuhan lainnya berada di bawah tekanan parah di seluruh dunia karena kerusakan habitat, ledakan populasi manusia dan perubahan iklim, yang mungkin menandai era kepunahan massal. Studi baru ini memberikan satu pesan yang jelas untuk generasi mendatang tentang pentingnya menjaga habitat.