logo Kompas.id
UtamaPembatasan Pelatih Menuai...
Iklan

Pembatasan Pelatih Menuai Protes

Oleh
· 4 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Persiapan kontingen Indonesia menuju SEA Games Kuala Lumpur 2017 semakin simpang siur dengan adanya rencana pembatasan jumlah pelatih dan ofisial. Pembatasan itu menuai banyak protes. Sementara itu, masalah peralatan dan pembiayaan untuk pemusatan latihan dan uji coba atlet di beberapa negara juga belum terselesaikan. Juru Bicara Komite Olahraga Indonesia (KOI) Hellen Sarita de Lima mengatakan, untuk memberangkatkan 620 atlet ke SEA Games 2017, KOI menerima kucuran dana Rp 30,5 miliar. "Anggaran Rp 30,5 miliar disiapkan dengan asumsi atlet yang berangkat 400 orang. Kenyataannya, Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) mendaftarkan lebih dari 600 atlet, belum termasuk 125 ofisial. Itu membuat dana tak cukup," tuturnya di Jakarta, Rabu (5/7). Untuk memberangkatkan kontingen RI ke SEA Games 2017, KOI mengajukan anggaran Rp 42 miliar. Namun, yang disetujui pemerintah Rp 30,5 miliar. Karena dana terbatas, KOI berencana membatasi jumlah pelatih dan tenaga keolahragaan pendukung.Usulan itu ditolak sejumlah pengurus induk cabang olahraga. Pembatasan pelatih dan ofisial dinilai tidak berdasar dan tidak mempertimbangkan kebutuhan atlet. "Pembatasan pelatih menunjukkan mereka tidak mengerti dunia olahraga," kata Manajer Tim Tenis Indonesia Goenawan Tedjo Sutikno. Tim tenis Indonesia terdiri dari 5 petenis putra dan 5 petenis putri. Direncanakan, para petenis didampingi manajer, pelatih putra dan putri, serta ahli pemulihan tubuh. Namun, dalam rapat bersama pengurus cabang, KOI menyampaikan ofisial tim tenis dibatasi hanya terdiri dari dua orang, yakni manajer dan pelatih. "Seharusnya KOI tahu, pelatih tenis putra dan putri berbeda. Keberadaan pelatih itu sifatnya wajib. Ahli pemulihan tubuh juga dibutuhkan," tutur Goenawan.Tim karate juga menolak pembatasan jumlah pelatih. Pembatasan dinilai akan merugikan peluang prestasi Indonesia. Di SEA Games 2017 ada 17 karateka yang disiapkan tampil, terdiri dari 10 atlet kategori kata dan 7 kumite. Para karateka dibina lima pelatih nasional dan satu pelatih asing. Ketua Tim Pelatih Karate Prima Philip King Galedo menjelaskan, seorang karateka biasanya didampingi 2-3 pelatih selama pertandingan. Pelatih utama bertugas untuk mendampingi atlet saat berlaga, sementara asisten pelatih berperan menganalisis pertandingan, mempelajari karakter lawan, dan mendampingi atlet untuk menyiapkan laga selanjutnya.Sesuai aturan panitia penyelenggara SEA Games 2017, tim ofisial tidak lebih dari 50 persen jumlah atlet keseluruhan. KOI telah mendaftarkan 620 atlet, terdiri dari 534 atlet usulan Satlak Prima dan 86 atlet tambahan yang diusulkan dan akan dibiayai oleh induk organisasi. Sementara ofisial yang terdata sebanyak 138 orang, 14 ofisial di antaranya adalah tambahan yang tidak dibiayai pemerintah.Terkait penolakan cabang, menurut Hellen, pihaknya lalu mementahkan usulan itu. "Sekarang kami kembalikan lagi ke kebutuhan cabang. Persoalan (dana) akan disiasati pemerintah. Bagaimana menyiasatinya, itu urusan pemerintah," ujar Hellen. Percuma ke KemenporaHingga Rabu malam, masalah pendanaan untuk pemusatan latihan dan uji coba atlet karate di tiga negara masih buntu. "Bolak-balik ke Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga percuma. Tidak ada hasilnya," ujar Philip. Seperti diberitakan sebelumnya, tim karate yang berada di Jepang dan Perancis untuk menjalani pemusatan latihan terancam tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Kejuaraan Asia Karate-Do Ke-14 di Astana, Kazakhstan, 13-16 Juli, karena kehabisan dana. Tim karate juga kesulitan membayar akomodasi selama di Perancis dan Jepang.Kemarin, Philip menghubungi seseorang untuk meminjam dana Rp 300 juta. Dana itu akan digunakan untuk membayar pendaftaran tim di Astana karena pihak penyelenggara sudah memperingatkan Indonesia agar segera melunasi biaya pendaftaran.Pendanaan tim tenis Indonesia untuk kejuaraan di Malaysia, Thailand, dan Piala Fed di Tajikistan, hingga Rabu, juga belum ada kepastian. Pengajuan proposal untuk mengikuti kejuaraan di Hongkong dan Mesir malah disetujui. "Padahal, kejuaraan itu sudah lewat. Sekarang, kejuaraan yang akan datang gimana ini," ujar Goenawan. Selain masalah pemusatan latihan dan uji coba, juga dinantikan penyelesaian masalah peralatan. Hingga Rabu, tidak ada peralatan yang diterima tim. Tim tenis, misalnya, sejak pelatnas pada November 2016, sama sekali belum menerima bola dan raket.Sementara olahraga panjat (sport climbing) Satlak Prima akhirnya bertolak ke Swiss untuk beruji coba dalam Kejuaraan Dunia Olahraga Panjat Seri Swiss. Manajer tim, Pristiawan Buntoro, mengatakan, uji coba dibiayai dari dana talangan PB Federasi Panjat Tebing Indonesia. Pengamat olahraga, Fritz Simandjuntak, mengatakan, banyaknya masalah menuju SEA Games 2017 menunjukkan Kemenpora tidak mempunyai kapasitas mengurus prestasi olahraga di Tanah Air. "Sejak 2014, persiapan Indonesia menuju SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade selalu berantakan. Masalah yang sama selalu terjadi. Ini menunjukkan bukannya pemerintah tidak serius, melainkan tidak punya kapasitas di bidang olahraga," ujar Fritz. (ROW/DNA)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000