TN Komodo Masuk 10 Besar Destinasi Wisata Favorit Dunia
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Taman Nasional Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, masuk 10 besar destinasi wisata favorit dunia versi majalah National Geographic edisi khusus bulan Juni 2017. Majalah itu merilis 100 destinasi wisata terbaik dunia. Satu di antaranya adalah Taman Nasional Komodo di Indonesia.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Jelamu, di Kupang, Senin (10/7), mengatakan, Taman Nasional (TN) Komodo beberapa kali mendapatkan pengakuan. Pertama, TN Komodo dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada tahun 2012.
Kemudian, Pemerintah RI menetapkan TN Komodo sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata nasional pada 2016. Dan, tahun 2017, majalah National Geographic menetapkan TN Komodo di Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata favorit dunia.
”Kali ini, Taman Nasional Komodo berada di bawah festival musik dunia di Maroko yang berada di urutan ke-9 dan Pulau Sisilia di Italia untuk destinasi yang cocok untuk liburan musim semi. Dalam penjelasan majalah itu, Taman Nasional Komodo memiliki banyak obyek wisata eksotis yang bisa dikunjungi wisatawan,” tutur Jelamu.
Ia menyebutkan, alasan majalah National Geographic menetapkan Komodo sebagai salah satu destinasi wisata favorit dunia, antara lain, karena di dalam kawasan TN Komodo ada pantai pink yang indah, pulau-pulau yang eksotis, binatang komodo, dan taman bawah laut yang begitu indah untuk diselami.
Perlu pembenahan
Aloysius Prakosa Sentosa (43), wisatawan asal Surabaya yang ditemui di Bajawa, pekan ini, mengatakan, jika Pemerintah Daerah NTT ingin agar wisata di NTT maju, maka selain pembenahan infrastruktur, juga perlu ada perbaikan tarif di agen perjalanan dan perilaku sopir.
Ia menuturkan, awalnya mereka bersepakat dengan tarif Rp 700.000 untuk sewa mobil Toyota Avanza dari pukul 07.00 Wita hingga pukul 18.00 Wita, dari Bajawa menuju kampung adat Bena ke wisata air panas di Soa, kemudian balik lagi ke Bajawa.
”Sebelumnya, sopir meminta Rp 700.000. Namun, dalam perjalanan pulang, sopir meminta tambahan Rp 100.000 sehingga total Rp 800.000 dengan alasan jalan buruk. Padahal, jalan yang dilalui relatif baik,” ujar Sentosa.