Amunisi masyarakat belum habis. Api perjuangan untuk menjaga upaya pemberantasan korupsi agar tidak dipadamkan terus menggelora. Raungan gitar Mohammad Ridwan Hafiedz alias Ridho Slank menggelegar di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Kamis (13/7) sebagai pembuka konser mini bahwa rakyat tidak akan diam melawan pelemahan pemberantasan korupsi.
Kalau enggak didengerin juga, konsernya kami pindah ke DPR.
Dengan aksi yang bertajuk Jurus Tandur: Maju Terus Pantang Mundur Menolak Hak Angket KPK, Slank dan Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi menyuarakan dukungannya. Bahkan Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim Slank berseloroh saat di atas panggung. ”Kalau enggak didengerin juga, konsernya kami pindah ke DPR,” ujarnya.
Setelah bertubi-tubi aksi dan dukungan mengalir ke KPK, gebrakan dari sebuah band yang menjadi salah satu simbol bagi anak muda seolah menjadi puncak kegeraman terhadap sikap DPR yang disebut menggunakan kewenangannya untuk memuluskan tujuan kelompok tertentu.
”Hak angket ini untuk siapa, bapak dan ibu di DPR? Jelas bagi kami ini bukan untuk pemberantasan korupsi. Bukan untuk rakyat,” ujar Anita Wahid, putri dari presiden ke-4 Abdurrahman Wahid yang juga naik ke panggung.
Langkah Panitia Hak Angket DPR terhadap KPK memang tak terbendung. Mereka seolah buta mata dan tuli pendengarannya dengan memaksakan proses angket terus berjalan. Bahkan berbagai kunjungan ke sejumlah tempat, seperti Lapas Sukamiskin, Mabes Polri, dan Kejaksaan Agung dilakukan untuk menggalang dukungan.
Ketua KPK Agus Rahardjo menyampaikan terima kasih dan memohon maaf kepada masyarakat terhadap peristiwa yang terjadi belakangan ini. ”Saya selaku pimpinan KPK mengucapkan terima kasih atas dukungan semua komponen bangsa terhadap KPK. Kami juga minta maaf dan tidak terganggu dengan huru-hara yang sekarang terjadi,” kata Agus didampingi dua unsur pimpinan lain, yaitu Laode M Syarif dan Saut Situmorang.