Kecerobohan Menyebabkan Jalan Tol Palembang-Indralaya Ambles
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Komisi V DPR menilai amblesnya Jalan Tol Palembang-Indaralaya disebabkan kecerobohan dalam perencanaan dan pengerjaan proyek. Sejumlah teknik pembangunan yang seharusnya diterapkan tidak dilakukan saat itu. Peristiwa ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran bagi kontraktor dalam membangunan proyek infrastruktur dengan karakteristik serupa.
Hal ini mengemuka dalam pertemuan antara Komisi V DPR dan PT Hutama Karya di Palembang, Kamis (13/7). Komisi V juga memantau titik jalan tol yang ambles Sabtu (17/6) lalu sepanjang 30 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Ruas jalan tol yang ambles merupakan jalan akses masuk ke jalan tol bukan ruas jalan tol utama. Pantauan Kompas, ruas jalan tersebut kini sudah kembali mulus dan dapat dilalui.
Anggota Komisi V DPR, Hamka B Kady, menerangkan, berdasarkan hasil pertemuan, diketahui bahwa amblesnya ruas jalan tol tersebut disebabkan perencanaan yang tidak matang. Seharusnya dalam pengerjaan ruas jalan tol diterapkan konsep konsolidasi vakum dengan tujuan mengurangi kadar air di dalam tanah, tapi konsep itu tidak dilakukan.
Konsep konsolidasi vakum ini harus digunakan karena jalan tol sepanjang 22 kilometer (km) itu, 80 persennya merupakan lahan gambut yang kondisi lahanya sangat tidak stabil. Namun, di jalur yang ambles, skema pengerjaan itu tidak dilakukan. Ada beberapa alasan mengapa konsolidasi vakum tidak dilakukan, yakni karena pihak kontraktor mengejar waktu pengerjaan karena jalan tol ini akan digunakan sebagai tol fungsional pada saat angkutan Lebaran tahun 2017. Hal ini membuat pengerjaan jalan akses dilakukan secara terburu-buru.
Selain itu, di titik tersebut juga terdapat kabel saluran udara tegangan tinggi (SUTT) yang menghambat pemasangan alat vertical drain dengan crane.
Belajar dari peristiwa ini, kata Hamka, pemerintah seharusnya tidak memaksakan diri mempergunakan jalur tersebut untuk angkutan Lebaran kalau kondisi jalan belum baik, tetapi mencari jalan alternatif lain. Beruntung, jalan ambles pada saat kondisi jalan tidak padat. Kalau itu terjadi, akan membahayakan pengguna jalan tol.
Wakil Ketua Komisi V DPR Sigit Sosiantomo menerangkan, sebenarnya pihak kontraktor sudah melalukan pengerjaan secara berhati-hati. Namun karena terkendala SUTT dan dikejar waktu, pengerjaan pun akhirnya tidak optimal. ”Sebenarnya, pihak kontraktor sudah mengetahui adanya penurunan tanah. Namun, mereka tidak menyangka penurunan akan terjadi secepat itu,” jelas Sigit.
Dari kejadian ini, diperkirakan jumlah dana yang harus dikeluarkan mencapai Rp 5 miliar. Namun, dana tersebut tidak merugikan negara karena ditanggung sepenuhnya oleh pihak kontraktor. ”Pihak kontraktor pun sudah memiliki asuransi sehingga tidak ada kerugian yang dialami,” ujarnya.
Walau demikian, ada beberapa kesimpulan yang bisa menjadi bahan evaluasi. Hal itu seperti, agar pemerintah tidak hanya menuntut percepatan tanpa melakukan kajian terlebih dahulu. Selain itu, diperlukan langkah koordinasi antara pihak pengawas dan kontraktor secara lebih ketat agar tidak ada kesalahan prosedur dalam pengerjaan proyek. Hal ini harus menjadi pembelajaran bagi pengelola proyek infrastruktur lain, terutama yang memiliki karakter lahan yang sama.
Manajer Proyek PT Hutama Karya Divisi Jalan Tol Palembang-Indralaya (Palindra) Hasan Turcahyo menerangkan, sampai saat ini pihaknya sudah menemukan cara mengatasi permasalahan tersebut. Caranya adalah dengan menggunakan metode counter weight, yakni membagi beban agar terjadi keseimbangan beban.
Hasan menerangkan, pembangunan tol ini merupakan yang pertama dilakukan di Indonesia sehingga diperlukan kajian khusus dalam pengerjaannya. ”Kami juga sudah mengonsultasikan dengan berbagai pihak,” ujar Hasan.
Cara ini akan dipergunakan dengan ruas jalan yang juga dilalui SUTT. Di sepanjang jalan tol ada dua titik yang dilalui SUTT, yakni di kawasan Pemulutan dan KTM Rambutan. Hasan menjamin dengan adanya kondisi ini, tidak akan mengganggu rencana penyelesaian jalan tol yang ditargetkan beroperasi pada November 2017.