DEPOK, KOMPAS — Mahasiswa Univeritas Gunadarma, Depok, MF (19), mengalami perundungan dari teman-teman satu kelasnya selama satu tahun terakhir, sejak awal semester I. Namun, ia tidak pernah melaporkan kejadian tersebut kepada keluarga atau dosen pengajar, hingga video perundungan terhadap dirinya viral di media sosial.
Ibunda MF, Elis Sukarsih (57), ketika ditemui di rumahnya di Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (18/7), mengatakan, selama ini anak bungsunya itu tidak pernah mengadukan pengalaman buruknya selama kuliah. Ia baru mengetahui hal itu ketika kakak MF secara tidak sengaja melihat video viral aksi perundungan terhadap MF yang berkebutuhan khusus.
”Setelah itu, baru kami mengetahui bahwa ternyata dia sering diperlakukan seperti itu oleh teman-temannya, misalnya tasnya disembunyikan sampai dikunci di dalam kelas ketika jam perkuliahan berakhir,” ujar Elis.
Elis mengatakan, MF tidak pernah membalas tindakan teman-temannya itu. Ia juga tidak menceritakan hal itu kepada keluaganya. Di rumah, lanjut Elis, MF lebih banyak membaca dan bermain dengan komputernya.
Meski demikian, MF tetap selalu bersemangat untuk mengikuti perkuliahan. Ia berangkat dan pulang sendiri ke rumah menggunakan sepeda motor. ”Saya sering sekali khawatir, takut kalau sesuatu terjadi padanya, tetapi ia selalu bisa pulang dengan selamat,” ujarnya.
MF tidak pernah membalas tindakan teman-temannya. Ia juga tidak menceritakan hal itu kepada keluaganya. Di rumah, MF lebih banyak membaca dan bermain dengan komputernya.
Ayah MF, Mansyur (67), menyebutkan, teman-teman MF, termasuk dua orang yang melakukan perundungan, telah datang ke rumah untuk meminta maaf. Namun, ujar Mansyur, pihak keluarga masih belum memberi maaf dan masih menunggu penyelesaian persoalan dari pihak universitas.
Salah seorang tetangga, Lina (35), mengatakan, MF memang terlihat seperti berkebutuhan khusus, tetapi selalu bersikap baik terhadap orang-orang di sekitarnya. ”Ia memang jarang sekali keluar rumah, lebih banyak membaca dan main komputer di rumah. Kalau lagi jalan, dia kadang suka terlihat bicara sendiri. Tetapi kalau tidak, ya, seperti biasa saja,” ungkapnya.
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Gunadarma Irwan Bastian mengatakan, investigasi masih terus dilakukan. Hasil sementara, tim investigasi sudah meminta keterangan kepada semua pihak yang berada di video tersebut. Dari hasil pemeriksaan, didapat bahwa peristiwa di video itu terjadi pada Jumat (14/7) lalu.
”Dari pengakuan mahasiswa yang ada di video, mereka tidak bermaksud mem-bully, tetapi hanya bercanda kepada sesama temannya. Mereka juga sudah bertemu dengan orangtua MF yang menolak anaknya disebut memiliki kebutuhan khusus,” ujar Irwan.
Direktur Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial Nahar menyatakan, pihak kampus perlu menyelesaikan kasus tersebut sebaik-baiknya. Pihak universitas juga harus melakukan tes psikologis terhadap MF untuk memastikan, MF memang berkebutuhan khusus atau tidak. Hal tersebut akan memengaruhi penanganan yang harus dilakukan, misalnya untuk menentukan apakah tindakan yang dilakukan rekan-rekan MF itu termasuk kekerasan terhadap anak atau kekerasan terhadap penyandang disabilitas.