Indonesia Mengajak Semua Pihak Menahan Diri
”Saya mendesak Sekjen PBB agar Dewan Keamanan PBB segera melakukan sidang membahas krisis yang terjadi di kompleks Masjid Al-Aqsa,” ujar Presiden seusai menyampaikan kuliah umum di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Sabtu.
Tewasnya enam orang, Jumat lalu, merupakan peristiwa paling berdarah dalam konflik Palestina-Israel, beberapa tahun terakhir. Tiga warga Israel tewas ditikam di sebuah permukiman Yahudi di Tepi Barat, beberapa jam setelah tiga warga Palestina tewas dalam kekerasan yang dipicu pemasangan alat pemeriksaan pemindai metal di pintu-pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa.
Sabtu kemarin, pasukan Israel menggeledah rumah Omar al-Abed (20) di Desa Khobar, Tepi Barat. Omar, warga Palestina, adalah tersangka pembunuh tiga warga Israel. Ia kini dirawat di rumah sakit setelah ditembak aparat Israel. Aparat Israel mencari senjata dan uang yang diduga imbalan atas aksi teror Omar.
Selain tim khusus yang menggeledah rumah Omar, Israel juga mengerahkan lebih banyak aparat keamanan ke Tepi Barat. Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman bertemu dengan komandan- komandan senior di Tepi Barat untuk menilai situasi. Ia mengatakan, rumah penyerang akan langsung dihancurkan, merujuk pada kebijakan Israel.
Sebelum membunuh tiga warga Israel itu, Omar diketahui sempat mengunggah pesan di media sosial Facebook. Ia ingin jasadnya ditutup bendera kelompok militan Hamas dan foto Yasser Arafat. Mohammed al-Abed, ayah Omar, menduga anaknya marah dengan meningkatnya ketegangan di Jerusalem. Paman Omar, Ibrahim al-Abed, mengatakan, tiga bulan lalu Omar pernah ditahan dua pekan oleh aparat keamanan Presiden Palestina. Dalam tahanan, ia diinterogasi terkait rencana penyerangan Omar ke Israel.
Tindakan Israel memasang alat pemeriksaan pemindai metal di Gerbang Singa di kompleks Masjid Al-Aqsa, setelah baku tembak yang menewaskan dua polisi Israel dan tiga pria bersenjata Palestina, pekan lalu, menuai protes dari dunia Muslim. Ribuan orang protes anti-Israel di Jordania dan Yaman.
Indonesia, Turki, dan Mesir juga mengecam kekerasan itu. ”Indonesia mengecam keras upaya pembatasan ibadah di kompleks Masjid Al-Aqsa,” ujar Presiden Joko Widodo. ”Kami mendesak Israel untuk tidak mengubah status quo kompleks itu agar kompleks Masjid Al-Aqsa tetap sebagai tempat suci untuk dapat diakses bagi semua umat Islam.”
Situasi di Jerusalem dikhawatirkan bakal kian tegang karena Israel tak mau mencabut pemindai metal. Tokoh ulama Muslim Jerusalem, Mohammed Hussein, menyatakan aksi protes, termasuk shalat berjemaah di luar Al-Aqsa, akan berlanjut sampai pemindai metal dicabut. ”Kami tidak akan mundur,” ujarnya.
Menahan diri
Menanggapi kasus ini, Kementerian Luar Negeri RI mengecam tindakan kekerasan pasukan Israel serta menolak segala bentuk kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk pembunuhan terhadap jemaah yang berupaya menjalankan hak beribadah di Masjid Al-Aqsa. Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB segera bersidang dan mengambil langkah untuk menghentikan kekerasan pasukan Israel. Indonesia juga mendesak Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) segera menggelar rapat darurat membahas situasi ini.
Indonesia mengingatkan kembali Israel untuk tidak mengubah status quo kompleks Al-Aqsa agar Masjid Al-Aqsa dan bangunan Kubah Batu tetap menjadi tempat suci yang bisa diakses seluruh umat Islam. ”Pemerintah Indonesia mengajak semua pihak menahan diri supaya situasi tidak memburuk,” sebut pernyataan Kemlu RI.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi juga menyatakan sudah berkomunikasi dengan banyak pihak sejak tiga hari lalu, antara lain dengan Menlu Jordania Ayman Safadi, Sekretaris Jenderal OKI Yousef al-Othaimeen, dan Menlu Palestina Riyad al-Maliki. ”Wakil Tetap RI di New York juga mendesak Sekjen PBB agar DK PBB segera bertindak. Pesan agar AS segera bertindak menekan Israel juga saya sampaikan,” ujar Retno.
Dalam pernyataan tertulis Kedutaan Besar RI untuk Jordania, beberapa hal yang diangkat Menlu Retno dan Menlu Ayman dalam pembicaraan via telepon antara lain pentingnya menghindari peningkatan ketegangan, membawa ketenangan di Jerusalem, dan menekankan bahwa setiap tindakan Israel yang menyasar tempat suci akan memprovokasi umat Islam di seluruh dunia.
Pemerintah Jordania meminta dukungan dari negara-negara sahabat untuk senantiasa menyuarakan moderasi dan pandangan moderat untuk mengembalikan stabilitas dan perdamaian di Jerusalem Timur.
Jordania khawatir jika Israel tidak mencabut pemindai metal, hal itu akan memicu konflik yang lebih parah.
Situasi akan memanas jika kelompok ekstremis atau radikal memanfaatkan situasi ini untuk memicu konflik lebih serius. Apalagi, saat ini aparat Israel memperbolehkan warga Yahudi masuk ke kompleks Al-Aqsa yang— oleh warga Yahudi—juga dianggap tempat suci mereka.
Langkah Abbas
Terkait situasi terakhir di Jerusalem, Presiden Palestina Mahmoud Abbas memerintahkan agar semua kontak dengan Israel di semua tingkatan ditangguhkan sampai Israel bersedia mencabut pemindai metal itu.
Namun, tidak disebutkan apakah hal itu termasuk penghentian koordinasi keamanan antara Palestina dan Israel.
Penghentian koordinasi keamanan itu dikhawatirkan membuat situasi semakin tegang dengan Israel.
Kepemimpinan Abbas diyakini juga akan terpengaruh jika tak ada koordinasi keamanan antara Palestina dan Israel.
Situasi terakhir ini juga akan menjadi kemunduran bagi upaya pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump untuk memulai kembali perundingan perdamaian antara Palestina dan Israel yang terhenti.
(DIM/NDY/REUTERS/AFP/AP/LUK)