logo Kompas.id
UtamaPerkuat Kebersamaan Sekolah...
Iklan

Perkuat Kebersamaan Sekolah dan Keluarga

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Sekolah dan keluarga saatnya bersinergi untuk mengatasi perundungan yang marak belakangan ini. Para pendidik dan orangtua diajak menjadi figur yang dapat memberi inspirasi sekaligus menjadi teladan bagi siswa. Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Sukiman mengatakan, sekolah didorong menggandeng orangtua dan masyarakat, melalui komite sekolah, untuk aktif bersama mendidik siswa."Kepala sekolah perlu menjalin komunikasi positif dengan keluarga. Hubungan guru dengan siswa juga jangan terlalu formal, tetapi guru sebaiknya bisa berperan sebagai pengganti orangtua di sekolah," ujar Sukiman di Jakarta, Senin (24/7). Saat ini sudah 240 kabupaten/kota yang mendapatkan sosialisasi untuk mengembangkan program pelibatan keluarga dalam pendidikan."Sekolah bisa mengadakan kegiatan kelas pengasuhan atau kelas orangtua (parenting).Temanya bisa disesuaikan dengan isu yang menjadi keprihatinan bersama. Misalnya pengasuhan anak, narkoba, bullying (perundungan), dan intoleransi," tuturnya.Guru jadi idolaSecara terpisah, Kepala SMK Negeri 2 Raja Ampat, Papua Barat, Hasan Makassar menyampaikan pola pengasuhan terhadap siswa yang beraneka ragam latar belakang sosial-ekonomi. Para guru ditekankan tidak berorientasi tugas semata. Peran sebagai pendidik mesti dilakoni sebagai panggilan hidup. Guru ditantang menjadi idola para siswa yang dirindukan dan memberi inspirasi.Para guru diajak memotivasi siswa supaya punya semangat belajar yang tinggi. Apalagi, banyak siswa yang tinggal bersama keluarga atau orang lain karena terpisahkan oleh pulau. "Guru diajak berperan ganda sebagai orangtua yang peduli kepada siswa sehingga terbangun rasa percaya diri kepada siswa untuk menyampaikan isi hatinya," ujar Hasan. Siswa di Raja Ampat berasal dari sejumlah pulau kecil, seperti Pulau Misool, Waigeo, Batanta, dan Salawati. Mereka umumnya tidak optimal mengenyam bangku pendidikan SD-SMP karena kekurangan secara ekonomi. "Siswa dari pulau-pulau yang sering tidak ada guru membuat mereka tak terbiasa menghadapi disiplin, menghadapi rutinitas," katanya.Sekolah menetapkan karakter kejujuran, rajin/disiplin, tanggung jawab, proaktif/inisiatif, membangun kerja sama, dan kemandirian, yang harus dibangun semua guru dalam diri tiap siswa, terhitung sejak mulai sekolah hingga lulus.Najelaa Shihab, dari Dewan Pembina Pusat Studi Kebijakan Pendidikan, mengatakan, keprihatinan atas kasus perundungan harus mampu menggerakkan perubahan penanganan dan kebijakan. Praktik-praktik pendidikan di sekolah yang lazim selama ini tanpa sadar menumbuhkan iklim persaingan berlebihan dan tak sehat.Penekanan terhadap peringkat dan nilai ujian, akreditasi dan sertifikasi, tidak hanya membebani secara administrasi, tetapi juga sosial-emosional yang sangat memengaruhi interaksi.Najelaa mengatakan, anak butuh keragaman pertemuan, kekayaan pengalaman, agar mampu bersosialisasi dengan percaya diri. Kompetensi untuk kehidupan jangka panjang ini kelak jadi bekal menghadapi tekanan sosial. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Unifah Rosyidi menyerukan agar institusi pendidikan menjadi wadah inklusif yang membentuk generasi muda menjadi sosok yang demokratis-moderat, menghormati kebinekaan, serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. (ELN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000