Perbankan Optimistis dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemilihan umum di Jerman, negosiasi alot sehingga Inggris keluar dari Uni Eropa, serta pelambatan ekonomi Amerika Serikat dan China menimbulkan gejolak ekonomi global, di mana pebisnis meningkatkan kewaspadaan. Namun, gejolak dunia diyakini tidak akan terlalu memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.
Presiden Direktur PT UOB Indonesia Kevin Lam dalam jumpa pers UOB Indonesia Economic Outlook 2017, Rabu (26/7), di Surabaya, Jawa Timur, menyatakan, kalangan perbankan masih yakin ekonomi Indonesia tetap tumbuh di tengah gejolak dunia. Produk domestik bruto Indonesia sampai dengan akhir tahun akan tumbuh 5,2 persen. Jika pertumbuhan itu benar terwujud, artinya ekonomi Indonesia lebih baik daripada tahun lalu yang mencatat pertumbuhan 5 persen.
Sampai dengan semester pertama 2017, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5 persen, inflasi 3-4 persen, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berkisar Rp 13.300-Rp 13.400 per dollar AS, dan suku bunga 6 persen. Kondisi itu menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia masih stabil dan cukup baik.
Indonesia pun mendapat respons positif dunia setelah meraih peringkat cukup bagus dalam investasi dari lembaga pemeringkat Standard & Poor’s serta Moody’s & Fitch’s.
Menurut Lam, masuknya investasi asing rata-rata mencapai 29 miliar dollar AS per tahun dalam kurun empat tahun terakhir sehingga membuktikan kekuatan ekonomi Indonesia yang memberi ”kenyamanan” terhadap pebisnis. Pengusaha mancanegara masih terus ingin menanamkan modalnya di Nusantara termasuk nasabah UOB Indonesia dari mancanegara.
Untuk memfasilitasi penanaman modal nasabah di negeri ini, UOB Indonesia mendirikan unit FDI. Sejak berdiri pada 2014, FDI Indonesia memfasilitasi investasi lebih dari 110 perusahaan asing dengan nilai total investasi mencapai 130 miliar dollar AS. ”Perbankan masih cukup yakin ekonomi Indonesia tumbuh,” ujarnya.
Meski demikian, ekonom senior UOB Indonesia, Suan Teck In, mengingatkan, pemerintah patut menjaga kestabilan suhu politik nasional. Isu perombakan kabinet oleh Presiden Joko Widodo dinilai tidak akan membuat pasar reaktif apabila tidak menyentuh tim ekonomi. Presiden juga diharapkan meningkatkan kestabilan kondisi domestik dengan penegakan dan kepastian hukum.
Layanan birokasi dalam penanaman modal juga harus mangkus dan sangkil. ”Nasabah kami masih ada yang mengeluhkan birokasi untuk investasi tidak sama di suatu daerah dengan daerah lain sehingga ada yang lebih cepat ada yang lambat,” katanya.
Kebijakan mendorong pertumbuhan ekonomi ke Indonesia timur juga sudah tepat karena membuka simpul-simpul baru untuk investasi. Pembangunan prasarana baru akan memancing perbankan mengajak nasabahnya untuk menanamkan modal di Indonesia Timur.
”Yang cukup menarik adalah ambisi Indonesia membangun sektor kelautan dan pariwisata,” ujar Teck In.
Di sektor kelautan, kebijakan Presiden membangun dan merehabilitasi pelabuhan serta program tol laut akan menjadi pemicu positif investasi asing di Indonesia timur. Di sektor pariwisata, ambisi membangun 10 destinasi pesaing Bali juga akan menjadi potensi yang luar biasa.
”Dalam pandangan orang luar seperti saya, potensi Indonesia itu ibarat rumput tetangga yang terlihat lebih hijau,” kata Kevin.