JAKARTA, KOMPAS — Titik panas di Provinsi Aceh terdeteksi meningkat dalam sepekan terakhir. Sebagian besar titik panas ini berada di bagian barat Aceh, seperti Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Jaya. Jika tidak dikendalikan, hal ini berpeluang memicu kebakaran lahan dan hutan lebih luas.
Peringatan dini ini dikeluarkan Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yunus S Swarinoto, di Jakarta, Rabu (26/7) pagi.
”Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan pihak pemerintah daerah terkait denga kegiatan antisipasi kabut asap, maka BMKG telah melakukan analisis awal terhadap perkembangan titik panas (hot spot) dan pergerakan kabut asap yang terdeteksi oleh satelit cuaca, seperti Terra, Aqua, dan Himawari 8,” kata Yunus.
Berdasarkan pengamatan Satelit Aqua dan Terra, jumlah titik panas dengan tingkat kepercayaan tinggi (81-100 persen) di wilayah Aceh yang terdeteksi selama enam hari terakhir mengalami peningkatan dengan jumlah terbanyak pada 24 Juli 2017 sebanyak 7 titik panas. Sebaran titik panas yang terpantau dari Satelit Terra dan Aqua lebih banyak terkonsentrasi di wilayah pesisir barat Aceh, seperti Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Jaya.
Untuk prospek ke depan, menurut Yunus, kemunculan titik panas dan kabut asap masih perlu diwaspadai. ”Berdasarkan peta potensi kemudahan kebakaran yang ditinjau dari unsur cuaca masih menunjukkan sangat mudah kebakaran. Walaupun begitu, kondisi cuaca tidak akan menyebabkan terjadinya kebakaran lahan/hutan jika tidak ada faktor manusia yang melakukan pembakaran,” katanya. (AIK)