SEOUL, SABTU — Seolah hendak menjawab cibiran Washington atas kapasitas rudal balistik negaranya, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Sabtu (29/7), mengatakan, uji coba rudal Pyongyang terbaru memastikan bahwa rudal negaranya mampu menghantam seluruh wilayah Amerika Serikat.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Jumat lalu, Pyongyang kembali menguji salah satu rudal jarak menengah mereka. Rudal balistik antarbenua mampu melesat sejauh lebih dari 732 kilometer sebelum jatuh di wilayah perairan Jepang. Peluncuran rudal balistik antarbenua itu merupakan yang kedua tahun ini. Sebelumnya, pada 4 Juli lalu, Pyongyang juga menguji kemampuan rudal balistik antarbenua yang mereka miliki. Para ahli memperkirakan, rudal-rudal balistik itu secara teoretis mampu mencapai Alaska.
Sebagaimana dikutip dari kantor berita Korut, KCNA, Kim menyebutkan, uji coba pada Jumat lalu itu menunjukkan kemampuan sejati Korut. Dengan bangga ia mengatakan, uji coba tersebut memastikan bahwa semua wilayah daratan AS berada dalam jangkauan serangan Korut.
KCNA menambahkan, Kim Jong Un sangat puas dan memuji para ahli yang mengembangkan senjata strategis itu.
David Wright, ahli fisika dan satu dari dua direktur pada program keamanan global Union of Concerned Scientists, mengatakan, jika laporan tentang ketinggian maksimal rudal dan waktu tempuhnya benar, rudal Korut tersebut secara teoretis mempunyai jangkauan sedikitnya 10.400 kilometer. Ini berarti, rudal itu bisa menjangkau Los Angeles, Denver, atau Chicago, tergantung dari variabel-variabel, seperti ukuran dan berat hulu ledak yang dibawa di pucuk rudal dalam serangan nyata.
Peluncuran tersebut dilakukan sehari setelah Korut merayakan apa yang mereka sebut sebagai "Hari Kemenangan", yaitu ulang tahun berakhirnya Perang Korea 1950-1953. Sebagaimana sebelumnya, Pyongyang sering kali melakukan uji coba rudal bertepatan dengan tanggal-tanggal simbolis mereka.
Sebaliknya, di Seoul dan Tokyo, Dewan Keamanan Nasional Korsel dan Jepang menggelar rapat khusus. Seperti halnya uji coba awal Juli lalu, peluncuran rudal balistik antarbenua pada Jumat lalu juga kembali memicu alarm global, sekaligus berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan.
Salah satu indikasinya, militer AS dan Korea Selatan mulai melakukan latihan dengan menggunakan peluru dan rudal permukaan ke permukaan aktif untuk menanggapi uji coba terakhir.
"Kami akan segera memulai konsultasi tentang penempatan sementara (komponen-komponen baterai THAAD yang tersisa sebagai respons atas uji coba rudal terbaru Pyongyang)," ujar Song Young-moo, Menteri Pertahanan Korsel, kepada wartawan.
Baterai THAAD terdiri atas enam peluncur rudal pencegat. Dua peluncur sementara telah ditempatkan di Seongju, sekitar 300 kilometer selatan Seoul. Perlengkapan sistem rudal pertahanan THAAD telah dibawa masuk ke Korsel di bawah pemerintahan Presiden Park Geun-hye yang dimakzulkan. Bulan lalu, presiden baru Moon Jae-in menunda pelaksanaan program itu, dengan maksud menunggu analisis dampak lingkungannya.
Selain itu, Washington kembali mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengambil tindakan lebih keras kepada Pyongyang. Bahkan, Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk mengambil langkah keras terhadap Pyongyang.
Presiden Trump sebenarnya telah berupaya mencari langkah lain, seperti mendekati Beijing untuk dapat mempergunakan pengaruh mereka terhadap Pyongyang. Trump ingin Beijing mengendalikan mitranya itu. Beijing menegaskan, dialog merupakan satu-satunya cara praktis untuk menanggapi sikap Pyongyang.
Membandel
Sebagai catatan, uji coba pada Jumat lalu juga terjadi hanya beberapa jam setelah Senat AS sepakat mengeluarkan sanksi terhadap Pyongyang. Namun, tampaknya semua tekanan itu tidak berpengaruh pada Korut. Telah berkali-kali Dewan Keamanan PBB memperketat sanksi atas Korut karena melanggar larangan menguji rudal dan meneruskan program pengembangan nuklir mereka.
"Jelas, Kim Jong Un tetap tidak terpengaruh oleh ancaman sanksi yang diperketat dan tidak mendengarkan sekutu utamanya, China. Semakin lama dunia akan berurusan dengan Korea Utara dan persenjataan Pyongyang yang menjadi semakin maju," ujar Jean Lee, peneliti pada lembaga kajian Wilson Center.
Juru Bicara PBB Farhad Haq mengatakan, pihaknya pun mulai merasa frustrasi. Seruan Sekjen PBB agar semua pihak mengurangi upaya-upaya yang dapat memicu ketegangan baru di Semenanjung Korea tampaknya tidak diindahkan.
Haq menyebutkan, penting bagi semua pihak untuk dapat menggunakan pengaruh khusus mereka guna membantu menyelesaikan persoalan itu. Tampaknya, pernyataan tersebut ditujukan kepada China, mitra terdekat Korut di kawasan.
Secara keseluruhan, sejak tahun 2006, ada enam set sanksi PBB yang telah dikenakan kepada Pyongyang karena pelanggaran atas uji coba nuklir. Dua resolusi lain yang diadopsi tahun lalu secara signifikan diputuskan untuk memperkuat sanksi yang telah dikenakan sebelumnya. Namun, sebagaimana disebutkan sebelumnya, semua sanksi itu tidak diindahkan Korut.
Joel Wit, peneliti senior di Institut AS-Korea di Universitas Johns Hopkins dan seorang ahli program senjata nuklir Utara, mengatakan pentingnya Washington menemukan jalan keluar dari krisis keamanan yang mendesak.
"Uji coba Korea Utara lainnya tentang rudal yang bisa menjangkau Amerika Serikat lebih jauh menekankan perlunya pemerintah Trump untuk fokus pada situasi yang semakin berbahaya ini," kata Wit.
(AP/AFP/REUTERS/SAM/JOS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.