MULIA, KOMPAS — Konflik di antara simpatisan ketiga kandidat kepala daerah di daerah Mulia, ibu kota Kabupaten Puncak Jaya, Papua, memanas pada Sabtu (29/7). Sebanyak 12 orang terluka dan satu korban jiwa melayang dalam insiden ini. Aparat berupaya mencegah konflik susulan yang berpotensi terjadi hari ini, Minggu (30/7).
Kepala Polres Puncak Jaya Ajun Komisaris Besar Agustinus Fernando Indra Napitupulu, saat dihubungi dari Jayapura, mengatakan, konflik yang terjadi di Kampung Legimut, Distrik Pagaleme, ini melibatkan sekitar 500 warga pada pukul 11.15 WIT.
Kronologi konflik ini, kata Agustinus, bermula dari acara bakar batu oleh massa kandidat nomor satu bersama massa kandidat nomor dua yang berdekatan dengan posko pemenangan kandidat nomor tiga.
Tiga kandidat dalam pilkada di Puncak Jaya adalah nomor urut satu Yustus Wonda-Kirenius Telenggen, nomor urut dua Henok Ibo-Rinus Telenggen, dan nomor urut tiga Yuni Wonda-Deinas Geley.
”Massa dari kandidat nomor tiga yang dipimpin Bongkar Telenggen mengira adanya aksi pembakaran posko mereka. Akhirnya mereka pun mendatangi Kampung Legimut dan terjadilah aksi saling serang di antara massa kandidat dengan menggunakan busur panah,” kata Agustinus.
Ia menuturkan, 12 korban dan satu korban tewas karena terkena busur panah. Selain itu, sebanyak 16 honai atau rumah adat khas wilayah pegunungan Papua dibakar massa dalam insiden ini.
Sebanyak 12 korban terluka dan 1 korban tewas tertusuk panah.
”Kami baru berhasil menghentikan konflik ini pada pukul 12.30. Saat ini situasi keamanan di Mulia berstatus siaga satu. Sebanyak 300 personel kami terjunkan untuk mencegah konflik susulan pada Minggu (30/7). Anggota kami akan menggelar patroli dan menyita senjata tajam milik warga,” kata Agustinus.
Ia menambahkan, terdapat empat anggota Kelompok Kriminal Bersenjata atau dikenal dengan Organisasi Papua Merdeka yang terlihat dalam aksi penyerangan antarmassa.
”Mereka membawa senjata dalam konflik tersebut. Saya akan memerintahkan tembak di tempat apabila mereka mengancam keselamatan aparat di lapangan,” kata Agustinus.
Situasi keamanan di Mulia berstatus siaga satu.
Diketahui pada 15 Juni 2017, sebanyak enam distrik melaksanakan PSU (pemilihan suara ulang) di Puncak Jaya, yakni Lumo, Yambi, Mulanikime, Yamoneri, Dagai, dan Ilamburawi. Sebanyak 31.240 pemilih mengikuti kegiatan tersebut di 72 TPS.
Kepala Bidang Humas Polda Papua Komisaris Besar Ahmad Mustofa Kamal mengaku, pihaknya sangat menyesalkan kembali terjadinya konflik antarwarga di Puncak Jaya. Sebab, warga yang bertikai baru menandatangani kesepakatan damai pada 3 Juli.
”Dalam kesepakatan itu turut hadir Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal, Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar, dan Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen George Supit. Sayangnya, kesepakatan itu belum berdampak untuk proses perdamaian di Puncak Jaya,” ujarnya.