Tahun 2016, misalnya, jumlah wisatawan asal Swedia yang mengunjungi Indonesia tidak kurang dari 37.000 orang, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang diperkirakan mencapai 35.000 orang. Tahun 2017, rakyat Swedia yang berwisata ke Indonesia diperkirakan meningkat tidak kurang dari 40 persen. Oleh sebab itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Stockholm pun berusaha mengenalkan terus Indonesia kepada penduduk negara di Skandinavia itu, apalagi setelah Mei lalu Raja Swedia Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia mengunjungi Indonesia.
Akhir pekan lalu, KBRI di Stockholm pun menggelar festival mengenalkan Indonesia yang dinamai ”Wonderful Indonesia”. Sebab, ketika ke Indonesia, Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Silvia berkunjung ke Bandung, Jawa Barat, sehingga sajian khas daerah Pasundan, seperti musik angklung dan calung dari Saung Angklung Mang Udjo, pun mewarnai panggung mengenalkan Tanah Air di Swedia itu. Penampilan beragam kesenian daerah itu pun menarik perhatian bukan hanya warga Indonesia yang tinggal di Stockholm, melainkan juga ratusan warga ibu kota Swedia itu.
Apalagi, pergelaran itu dilakukan di lapangan terbuka Kungsträdgården, Stockholm. Bahkan, saat grup musik Mang Udjo menampilkan lagu berjudul ”I Have a Dream” dari kelompok musik ABBA, yang berasal dari Swedia, pengunjung pun terentak. Serentak penonton Swedia mendekati panggung, ikut menyanyi, dan memainkan angklung dengan aba-aba dari dirigen Saung Angklung Mang Udjo.
Karena senang dan akrab dengan lagu pertama, penonton pun meminta untuk dicoba lagu lain.. Berikutnya disajikan lagu terkenal karya Elvis Presley berjudul ”Can’t Help Falling in Love” dan ”All My Loving” karya The Beatles. Dubes Bagas Hapsoro pun sempat tampil di panggung memainkan organ, yang dipadukan dengan calung. Ia juga turut mendampingi sejumlah warga Stockholm yang ingin memainkan angklung.
Wakil Wali Kota Bandung Oded Muhamad Danial menuturkan, Saung Angklung Udjo melestarikan alat musik tradisional angklung dan mampu mengenalkannya hingga ke mancanegara. Getaran alat musik yang dibuat dari bambu yang sederhana itu bisa menghasilkan alunan nada yang merdu. Hal itu sesuai dengan harmoni masyarakat Swedia yang memiliki persamaan dengan warga Jabar, khususnya Bandung.
”Bentuknya yang ramping dan mudah dijangkau oleh jari-jemari, serta cara memainkannya yang hanya dengan menggetarkan tabung bambunya mampu menghasilkan alunan musik khas Pasundan. Keharmonisan nada bambu ini sukses membuat semua orang yang menyaksikan pertunjukan orkestra Saung Angklung Udjo,” ujar Oded Muhamad Danial. Dalam pergelaran itu juga disajikan musik calung dan sejumlah tarian Nusantara.
Nasi goreng
Tidak hanya musik, ”Wonderful Indonesia” yang diprakarsai KBRI di Stockholm juga dimeriahkan dengan makanan khas Indonesia yang sudah sangat dikenal di dunia, yakni nasi goreng. Namun, sajian nasi goreng kampung itu dipadukan dengan fermentasi ikan haring racikan Master Chef Indonesia William Wongso. Pengunjung pun berebut mencicipi sampel makanan yang diedarkan. Masakan Indonesia lain yang disajikan adalah sate maranggi khas Jabar, untuk di Stockholm bukan disajikan dengan daging kerbau atau sapi, melainkan daging rusa Swedia (raindeer) dan sate ayam khas Madura, Jawa Timur.
Di sekitar panggung ”Wonderful Indonesia” juga didirikan beragam stan Kampung Indonesia, yang diisi oleh beberapa restoran masakan Indonesia di Stockholm, antara lain Restoran Warung dan Erna’s Bistro. Juga ditampilkan produk kerajinan tangan dan batik khas Indonesia yang didukung Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), arena permainan tradisional anak Indonesia, dan foto keindahan Indonesia karya fotografer Ebbie Vebri Adrian.
Untuk memudahkan warga Swedia dalam mengunjungi Indonesia, di sekitar panggung ”Wonderful Indonesia” juga ada stan biro perjalanan dan paket wisata ke Indonesia oleh Orient Tours dan Asien Paradisresor; stan maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Singapore Airlines, yang sejak Mei lalu membuka penerbangan dari Stockholm ke Jakarta melalui Moskwa (Rusia) dan Singapura lima kali sepekan serta sebaliknya, ataupun stan informasi tentang Indonesia oleh Kementerian Pariwisata Indonesia dan KBRI di Stockholm.
Bagas Hapsoro menuturkan, festival Indonesia ini merupakan kesempatan bagi warga Swedia untuk mengenal dan berinteraksi dengan kebudayaan, keramah-tamahan, dan keindahan Indonesia. Ia pun berharap berbagai ragam seni budaya, keindahan alam, dan kecantikan obyek pariwisata Indonesia itu mampu memikat warga Swedia dan sekitarnya sehingga lebih banyak lagi yang berlibur ke Indonesia.
Menurut Direktur Pengembangan Pemasaran Wilayah Eropa, Amerika, Timur Tengah, dan Afrika Kementerian Pariwisata Nia Niscaya menjelaskan, upaya terus-menerus yang dilakukan KBRI di Stockholm untuk mengenalkan Indonesia membuahkan hasil yang menggembirakan. Tingkat kehadiran turis asal Swedia ke Indonesia dari tahun 2016 ke 2017 menunjukkan kenaikan yang signifikan, saat ini sekitar 20 persen.
Nia juga meminta supaya 10 destinasi wisata yang dikembangkan pemerintah, yakni Danau Toba di Sumatera Utara, Gunung Bromo di Jawa Timur, Mandalika Tenggara di Nusa Tenggara Barat, Tanjung Lesung di Banten, Morotai di Maluku Utara, Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Borobudur di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, serta Belitung di Bangka Belitung terus dipromosikan. Selama ini, seperti diakui Bagas, wisatawan asal Swedia lebih banyak mengunjungi Bali dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Festival ”Wonderful Indonesia” yang digelar KBRI di Stockholm itu yang berlangsung sejak Jumat (28/7) dan berakhir Sabtu (29/7) dihadiri ribuan warga. Kungsträdgården, tempat festival itu digelar, adalah kawasan bergengsi di Stockholm, yang merupakan salah satu pusat keramaian yang biasa dipadati oleh masyarakat Swedia dan turis mancanegara yang sedang berlibur ke Swedia.