Hujan Ekstrem Masih Berpeluang Terjadi di Jayapura
Oleh
Ahmad Arif
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hujan dengan kategori lebat hingga sangat lebat yang terjadi merata di Kota Jayapura, Papua, memicu banjir pada Kamis (3/8). Curah hujan tertinggi tercatat mencapai 136,5 milimeter per hari atau tergolong sangat lebat. Hujan diperkirakan masih terjadi di Jayapura hingga dua hari ke depan walaupun dengan intensitas menurun.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), curah hujan di wilayah Kota Jayapura yang tertinggi tercatat di pos hujan Dok VIII sebesar 136,5 milimeter (mm) per hari dan di Entrop sebesar 106 mm per hari. ”Curah hujan ini tergolong sangat lebat,” kata Kepala Bidang Informasi dan Prediksi Cuaca BMKG Ramlan.
Curah hujan tergolong sangat lebat juga terekam di stasiun pemantauan lain di Jayapura, yaitu di Dok II sebesar 89,9 mm per hari dan pos hujan Angkasapura Jayapura 90 mm per hari. Ini mengindikasikan bahwa hujan lebat terjadi merata.
Menurut Ramlan, prakiraan cuaca untuk tiga hari ke depan, umumnya wilayah Kota Jayapura masih akan mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada malam hari.
Peneliti cuaca dan iklim ekstrem BMKG, Siswanto, mengatakan, hujan ekstrem yang melanda Jayapura ini disebabkan ada pertemuan angin (konvergensi) di wilayah utara Papua yang memicu terbentuknya awan kumulonimbus. Kondisi ini juga didukung oleh kondisi suhu permukaan laut di kawasan ini yang masih cukup hangat, yang menyebabkan tingginya penguapan air.
Menghangatnya suhu permukaan laut di sekitar Jayapura sekitar 3 derajat celsius. ”Ini merupakan anomali sementara wilayah lain sudah mulai mendingin,” kata dia.
Sumatera dan Kalimantan rentan kebakaran
Siswanto menambahkan, sekalipun saat ini terbentuk siklon tropis Noru di perairan Pasifik bagian barat, curah hujan tinggi di Jayapura tidak berkaitan dengan hal ini. ”Siklon tropis Noru justru menarik massa udara di sekitar Laut China Selatan, Selat Karimata, Sumatera, dan Kalimantan Barat menuju pusat badainya sehingga lapisan udara di daerah-daerah tersebut bertambah kering. Jadi, hujan di Jayapura ini lebih dipengaruhi oleh faktor lokal,” katanya.
Menurut Siswanto, selain terdampak pergerakan topan tropis Noru ini, pengeringan lapisan udara di atas wilayah Sumatera bagian utara dan di atas Kalimantan Barat juga dipengaruhi oleh pergerakan fenomena cuaca Madden Julian Oscilation fase kering. ”Ini menyebabkan susah terbentuk awan-awan hujan di kawasan ini dan menjadikan daerah-daerah tersebut rawan risiko kebakaran hutan dan lahan,” ujarnya.