PALANGKARAYA, KOMPAS – Pemerintah dan aparat keamanan terkesan menyalahkan masyarakat atas kebakaran hutan dan lahan yang terjadi selama ini. Sejak Januari 2017, terdapat sembilan petani di Kalimantan Tengah yang ditangkap karena membakar kebun. Padahal, selama periode Juni sampai Agustus terdapat 66 titik api yang 14 titik api di antaranya berada di wilayah konsesi perkebunan sawit besar.
Kepala Divisi Kampanye dan Advokasi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Tengah (Kalteng) Luthfi Bakhtiar mengungkapkan, banyaknya petani yang ditangkap merupakan bentuk ketidakadilan. Pasalnya, setelah larangan membakar lahan keluar petani belum diberikan solusi yang untuk mengolah lahannya.
“Seharusnya pemerintah berpihak ke petani, penegakan hukum masih tumpul. Bisa dilihat karena selama ini yang ditangkapi hanya petani saja,” kata Luthfi di Palangkaraya, Selasa (8/8).
Luthfi menambahkan, petani membakar lahan merupakan bentuk kearifan lokal. Pasalnya, tanpa membakar petani harus mengeluarkan banyak biaya untuk menambah pekerja atau membeli mesin traktor.
Berdasarkan data Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah, tahun 2016 pihaknya menangkap 45 petani yang membakar lahan, dan sembilan orang di tahun 2017. Beberapa di antaranya dibawa sampai ke meja hijau. Sedangkan, sejak kebakaran hebat tahun 2015, ada lima perusahaan yang diselidiki tetapi kemudian kasusnya dilepas karena polisi kekurangan alat bukti.
“Membakar lahan untuk berkebun merupakan kearifan lokal, karena dengan membakar petani tidak perlu lagi membeli pupuk. Ranting dan daun sudah menjadi pupuk alami ketika dibakar,” kata Luthfi.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Kalteng Ajun Komisaris Pambudi Rahayu mengatakan, pihaknya hanya menjalankan aturan untuk menghindari kebakaran hutan dan lahan masif seperti tahun 2015. Pihaknya juga masih memeriksa para tersangka yang ditangkap dan sebagian besar hanyalah tenaga kerja harian lepas yang diminta membersihkan oleh pemilik kebun.
“Pemilik kebun juga kami periksa tetapi tidak ditahan karena mereka hanya menyuruh membersihkan bukan meyuruh membakar,” ungkap Pambudi.
Masih hujan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, memprediksi hujan masih akan terus terjadi selama beberapa hari ke depan. Hal itu akan membantu meminimalisir titik panas dan titik api. “Hari ini tidak ada titik panas karena masih hujan, tetapi kami selalu waspada,” kata salah satu prakirawan BMKG Pangkalan Bun Adityo Mega Anggoro.
Anggoro menambahkan, hujan masih terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin dan petir. Kondisi diprediksi bertahan sampai beberapa hari ke depan.