Keterbukaan Dorong Perekonomian
MANILA, SENIN — Para pemimpin negara dari anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN menyatakan, sifat keterbukaan dan jalinan kerja sama mendorong pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara.
Memasuki 50 tahun kedua ASEAN, dua hal itu akan dilanjutkan untuk mendukung Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang diharapkan memberi kesempatan sama bagi seluruh warga sekaligus mengurangi tingkat kesenjangan di ASEAN.
Hal itu menjadi salah satu dari 12 poin Deklarasi Para Pemimpin ASEAN pada Peringatan 50 Tahun ASEAN di Manila, Filipina, Selasa (8/8). Tepat pada 8 Agustus, 50 tahun lalu, ASEAN didirikan oleh lima negara dan kini berkembang menjadi 10 negara anggota.
Pemerintah Filipina, yang tahun ini menjadi Ketua ASEAN, menggelar perayaan ulang tahun ke-50 ASEAN di Manila. Acara yang dihadiri para menteri luar negeri anggota ASEAN itu menampilkan pembicara kunci Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Memasuki fase 50 tahun kedua, para pemimpin negara ASEAN bertekad mengintensifkan aneka upaya untuk mewujudkan cita-cita Visi MEA 2025 yang mengambil tema ”Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas”. Komitmen untuk menjaga dan mempromosikan perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan diperkuat.
ASEAN optimistis akan kemampuan membangun capaian-capaian selama ini dan menghadapi aneka tantangan pada masa mendatang secara efektif sebagai satu komunitas.
Tekad lain, para pemimpin ASEAN juga memastikan aspirasi Deklarasi Bangkok tahun 1967, yang menjadi penanda lahirnya ASEAN, tetap dihidupkan. Deklarasi itu jadi inspirasi ASEAN mewujudkan kerja sama regional, serta mendorong dan menjaga perdamaian, kemajuan, dan kemakmuran di Asia Tenggara.
”Kita menginginkan sebuah kawasan yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dalam sifat yang inklusif, tidak ada seorang pun yang tertinggal, dan masing-masing memiliki kesempatan untuk menyadari potensinya,” kata Duterte.
Pada usia 50 tahun, ASEAN menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi global. Forum Ekonomi Dunia (WEF) memperkirakan, pada 2020 perekonomian Asia Tenggara menjadi yang terbesar kelima secara global.
Produk domestik bruto ASEAN kini mencapai 2,6 triliun dollar AS atau setara dengan ekonomi Inggris Raya, melejit dari era 1970-an yang masih di angka 37,6 miliar dollar AS. Didukung populasi yang mencapai 620 juta jiwa, akan menjadi modal besar di tengah ekspansi jumlah tenaga kerja produktif.
Ekonomi ASEAN diproyeksikan tumbuh sekitar 4,9 persen tahun depan dengan dukungan ekspansi pertumbuhan Myanmar, Vietnam, dan Filipina.
Duterte menegaskan, sifat terbuka dibutuhkan di tengah kecenderungan proteksionisme saat ini. Dengan tegas ia menyatakan mendukung pakta perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang didukung China dibandingkan dengan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), yang kini ditinggalkan pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, meski AS termasuk inisiatornya.
”ASEAN memiliki posisi yang lebih besar daripada yang lain di dunia dalam sikapnya untuk menentang proteksionisme dan mengamankan aturan main dalam perdagangan internasional,” kata Duterte seraya menyatakan, TPP tinggal mimpi dan tidak mungkin kembali lagi.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, sebagaimana dimuat dalam Nikkei Asian Review, menyatakan, di tengah perhimpunan negara-negara di sejumlah kawasan dunia, ASEAN merupakan satu dari sedikit kerja sama multilateral yang bertahan dan tetap relevan hingga kini. Ia menilai ide menjadikan ASEAN sebagai zona perdagangan bebas mengena sebagaimana terus berproses dalam MEA.
Harapan Indonesia
Pemerintah Indonesia, sebagaimana dinyatakan Wakil Presiden Jusuf Kalla, akan bersifat proaktif dalam ASEAN. Salah satu hal yang memungkinkan dilakukan adalah mendorong obyektivitas ASEAN dalam persoalan klaim di Laut China Selatan.
”Masalah (Laut) China Selatan, kita jangan terlalu ragu juga. Saya kira China juga tidak akan membawa konflik. Sebab kalau konflik, perdagangan China akan bermasalah. Sekitar 60 persen perdagangan China lewat Laut China Selatan,” tutur Kalla di Jakarta, seraya menyatakan, China diyakininya juga tidak akan gegabah menimbulkan konflik.
Semangat yang ada di ASEAN, yakni konsensus dalam pengambilan keputusan atau komunike bersama, juga dinilai Kalla tidak menjadi soal. Indonesia perlu bekerja keras menyatukan negara-negara ASEAN yang memiliki kepentingan berbeda-beda.
Secara terpisah, Menteri Pariwisata Arief Yahya menilai, ASEAN berpotensi menjadi destinasi utama pariwisata global. Bersama perdagangan dan investasi, sektor pariwisata menunjang pertumbuhan ekonomi bagi kawasan. Untuk bisa memantapkan diri menjadi destinasi yang satu, produk yang ada di ASEAN harus mempunyai standar yang sama sehingga sifatnya dapat berjalan secara berkelanjutan. (AFP/BEN/INA/ARN)